21

8K 399 8
                                    

Setelah kepergian Jack, aku dan Bran masih asik melahap makanan di depan kita. Ya, walaupun pria itu yang terus menyuapiku dan aku hanya asik memainkan kedua pipinya. Sushi pun sudah ludes habis dan yang tersisa hanya piring dan gelas kosong, kita berdiri bermaksud untuk pergi dari dalam restoran itu. Kulihat mobil mewah Bran terparkir di sana, kita berdua masuk ke dalam mobil sambil sesekali bercanda dan melakukan permainan tanya jawab. Mungkin terdengar seperti anak kecil tetapi memang melakukan permainan seperti ini sangatlah asik.

Mobil ini berhenti tepat saat lampu merah, aku melihat kearah luar jendela mobil dan menemukan sebuah butik gaun pengantin yang di pajang sangat indah di sana. Tanpa sadar Bran menperhatikanku, mobil kembali berjalan menuju kearah kantor tetapi saat ada belokan, mobil ini berbelok tidak menuju kearah kantor tetapi malah menuju kearah lain.

"Kita mau kemana?" tanyaku yang mulai heran.

"Mau pergi ke sebuah tempat" jawabnya singkat sambil tersenyum.

"Apa kau ada pekerjaan di sana atau melakukan pertemuan bisnis" tanyaku lagi penasaran.

"Tidak... ada yang ingin aku beli saja" jawabnya kembali singkat.

Setelah kita sampai di salah satu mall terbesar di kota ini, kita turun dan masuk ke dalam pusat pembelajaan terbesar di kota. Ada banyak sekali pengunjung yang tersebar di mana-mana, banyak penjual yang bersaing menawarkan barang mereka dengan cara memperkerjakan wanita-wanita cantik berpakaian mini. Bran menaiki lift dan aku hanya mengikutinya, sampailah di lantai 5 di sana terdapat banyak pernak-pernik pengantin baik untuk wanita maupun pria.

"Kita mau ngapain di sini?" tanyaku penasaran sambil melihat gaun-gaun indah yang sengaja di pajang.

"Membeli gaun untukmu!" serunya dan aku langsung melihat kearahnya.

"Kau membelikan aku gaun pengantin? Untuk apa" sautku binggung.

"Untuk menikahimu, pastinya" jawabnya sambil tersenyum.

"Jangan bercanda... penikahan di lakukan dengan sakral. Aku tidak mau membeli baju pengantin jika belum saatnya" seruku.

"Aku tidak main-main. Suatu saat nanti kau akan memakai baju pengantin yang paling bagus, lalu aku juga akan menjadi pengantin priamu yang hebat" sautnya sambil menarik tanganku untuk masuk ke dalam.

"Ah... tuan Bran. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan pria itu dan mereka terlihat akrab.

"Saya mau melihat-lihat baju penganti. Tetapi kekasih saya belum mau membelinya hanya sedekar melihat contoh saja" seru Bran sambil memeluk pinggangku.

"Tentu saja tuan... anda sangat bebas memilih apa pun untuk calon istri anda" sautnya bersahabat.

"Nah... sayang kau ingin melihat gaun-gaun  sesukamu, bukan. Sekarang pergilah" perintah Bran dan aku langsung tersenyum sambil berjalan melihat-lihat kumpulan gaun itu.

"Tuan... maaf jika saya lancang. Tetapi kemarin saya mendapatkan telpon dari nyonya besar dan katanya dia akan datang menemui tuan" seru pelayan pria itu tampak takut-takut.

"Aku tidak membutuhkan dia dan bilang juga kepada ibuku, aku sudah menemukan istriku sendiri" sautku.

"Baik tuan" pelayan tadi langsung pergi.

Bran mengendus kesal dan saat Bran melihat kearah Neya rasa kesal di dalam hatinya mendadak hilang, gadis itu terlihat asik melihat-lihat gaun yang di pajang. Padahal jika Neya mau  Bran bisa membelikan apa pun yang di inginkan gadis mungil itu, tetapi Neya sama sekali tidak mau meminta apa pun dari Bran.

"Bagaimana menurutmu?" tanyaku saat kurasakan Bran berada di belakangnku.

"Bagus... apa kau ingin mencobanya?" serunya sambil memeluk tubuhku dari belakang.

Sewing Heart ArroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang