28

6.8K 357 4
                                    

Gambar di atas adalah Samuell yakk...🤣🤣🤣.




Setelah berbincang-bincang cukup lama bersama nenek, beberapa keponakan dan bibiku. Kini giliran ibuku yang harus pergi bersama kakaknya dan nenekku harus beristirahat. Dan kini yang tersisa hanya aku dan Samuell yang dulu suka sekali aku ejek sebagai laki-laki paling penakut, pendek dan gay. Sekarang Samuell tumbuh menjadi pria yang luar biasa tampan, apa lagi sekarang tingginya 188 cm. Bisa kalian bayangkan bagaimana tinggi pria itu saat berdiri di sampingku.

"Kau ingin berjalan-jalan?" ucapnya berusaha memecahkan keheningan di antara kita berdua.

"Tapi... tadi kata ibuku akan ada badai salju," jawabku sambil kembali mengingat apa yang di katakan oleh ibuku itu.

"Mungkin saja iya atau mungkin saja itu tidak benar, lagian belum ada pemberitahuan di televisi." serunya dan aku menimbang-nimbang apa yang di katakannya barusan.

"Memang apa yang menarik di kota ini?" tanyaku sambil menatapnya.

Samuell tersenyum sangat manis, dan aku sadar ada satu hal yang tidak pernah berubah darinya, yaitu senyuman manis itu "Rahasia, asal kau ikut maka kau akan tau." jelasnya.

"Mengapa kau tidak ingin memberitahuku tentang tempat itu?" tanyaku curiga.

"Karena aku ingin membuatmu terkejut," kali ini Samuell menaik turunkan kedua alisnya secara berulang-ulang.

Aku tertawa geli melihat tingkah konyol pria di depanku ini "Dasar menyebalkan. Baiklah, ayo kita pergi," aku berdiri dan di susul olehnya.

"Tunggu," cegah pria di belakangku ini saat aku ingin kembali melangkah.

Aku berbalik menghadapnya sambil menaikkan salah satu alisku "Kenapa?" tanyaku heran.

"Pakai ini dulu," Samuell mengambil syal berwarna hijau muda dari dalam saku jaketnya, lalu ia memakaikannya tepat di leherku.

"Astaga..." petikku karena mengingat sesuatu.

"Kau ini lambat sekali baru ingatnya," ketusnya sambil melewatiku.

"Kau masih menyimpannya?" aku berlari agar kita bisa  berjalan saling beriringan.

"Iyalah... waktu itu kau kan nangis-nangis agar aku menyimpan syal ini dan jangan sampai hilang," serunya sambil tersenyum.

Aku terkekeh "Haha... lagian kan waktu itu kau sendiri yang ingin meminta hadia dariku, dan kau sangat suka dengan syal ini jadi terpaksa aku memberikannya kepadamu." jawabku dan menyentuh syal yang melingkar di leherku.

"Yah... seperti itulah. Dan sampai sekarang tidak hilangkan, aku mejaganya dengan sangat baik-baik." sombongnya.

"Dasar sombong," petikku.

"Hei... aku ini bukan sombong tetapi pria sejati. Karena pria sejati itu tidak akan pernah meingkari janjinya," serunya dan kali ini Samuell mengacak-acak rambutku.

"Hentikan, bodoh. Kau merusak penampilanku," kesalku kepadanya.

"Sikap kasar dan keras kepalamu ternyata tidak pernah berubah, yah. Sudahlah kau bisa memperbaiki rambutmu di dalam mobilku," jawabnya dengan santai.

"Naik mobil? Apa jauh tempat yang ingin kau tunjukkan itu dari sini?" tanyaku.

"Lumayan, sudahlah ikut saja." sautnya lagi.

"Tidak... apa jangan-jangan kau ingin menjualku, lalu uang itu kau gunakan untuk merawat seluruh tubuh cantikmu itu," ansumsiku mungkin bisa di katakan terlalu berlebihan tetapi aku sengaja membuatnya kesal akibat perkataanku.

Sewing Heart ArroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang