14

9.1K 612 4
                                    

▪▪▪

Omar terbangun dari tidurnya ketika pintu ruanganya di dobrak cukup kencang, ia mengusap kedua matanya dengan punggung tangannya. Bran berdiri tepat di depan salah satu temannya, ia melirik keatas meja kantor Omar. Masih ada berkas-berkas yang harus ia baca dan diserahkan kepada dirinya. Namun, pria tak tau diri itu masih bisa tidur siang ketika dirinya sendiri tidak bisa tidur karena tugas menumpuk.

"Oh... kak Bran. Ada apa?" tanya Omar tanpa dosa sama sekali.

"Ada apa? Kau pikir ini di rumahmu, cepat bangun dan cuci wajah jelekmu itu" ketus Bran melihat tingkah sahabatnya.

"Wajah jelek, semua wanita bahkan tergila-gila denganku dan kau bilang aku jelek" seru Omar yang mulai melakukan dramanya.

"Aku bilang cuci wajah bodoh itu, sebelum kutendang kau dari gedung ini" Bran kembali memerintah.

"Ya..ya pak boss" kesal Omar dan langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membasahi wajahnya.

Bran sangat kesal melihat sikap temannya itu, tidur siang di saat jam kerja sangat-sangat membuatnya naik darah. Apa lagi manusia yang bernama Jake sedang tidak ada di perusahaan itu. Bran kembali mengendus kesal saat menunggu anak manusia itu belum keluar dari kamar mandi, ia mengeluarkan hpnya dan menghubungi Jake tetapi tidak ada satu pun jawaban.

Omar sudah selesai mencuci wajahnya dan keluar sambil menebarkan senyuman. Padahal sedari tadi Bran menahan rasa kesal yang sudah sampai batas, dan bukan Omar namanya jika tidak bisa menguji kesabaran dari Bran.

"Mengapa ada tas jinjing wanita di dalam ruanganmu. Kau sudah berubah jenis kelamin?" tanya Bran sambil menaikan salah satu alisnya.

"KAU GILA. Tidak mungkin... ini tas jinjing milik seorang gadis yang mengalami kecopetan. Aku menolongnya, tetapi gadis itu malah pergi" curhat Omar.

Bran mengangguk-anggukan kepalanya "Alasanmu masih bisa diterima, belikan aku bunga di salah satu toko bunga di dekat sini" suruhnya tanpa basa-basi.

"Apa.. aku itu kan bukan tugasku, tapi itukan tugas kakakku. Dimana memangnya dia?" tanya Omar penasaran karena belum melihat kakaknya.

"Ia pergi mencari angin! Cepat sana pergi sebelum Neya bangun" Bran kembali menyuruh Omar.

"Hah... Neya tidur tidak dimarahin sedangkan aku tidur malah dimarahin. Kak Bran pilih kasih" Omar memajukan bibirnya tanda ia meraju.

"Anak ini... cepat pergi sebelum aku menelpon, nyonya Lima" ucapan Bran tidak pernah main-main.

"Hahh.. iya.. iya aku pergi sekarang. Dimana tempatnya" akhirnya Omar kalah dan memutuskan untuk pergi.

"Akan aku kirim lewat Email. Cepat sana pergi" usir Bran sambil berjalan.

"Dasar tukang paksa" gumam Omar dan sebenarnya dapat di dengar oleh Bran.

Pria itu meletakkan hpnya di telinga kanannya seperti seseorang yang sedang melakukan percakapan "Hallo, nyonya Lima" seru Bran membuka pembicaraan pada orang yang berada di seberang sana.

"Jangannn.. aku pergi sekarang" dengan tergesah-gesah Omar langsung mengambil apa saja yang berada di atas meja kantornya dan termasuk tas gadis itu.

Omar berlari melewati Bran yang tersenyum jail, pria berkaca mata itu bahkan terlihat seperti orang gila yang dikejar oleh penagih hutang. Ia sudah tidak peduli lagi jika para karyawan beserta office di perusahaan itu tersenyum geli melihat tingkahnya, jika dilihat Omar dan Jake memiliki perbedaan yang jauh.

Omar masuk kedalam mobilnya dan memasukan beberapa barang yang tadi diambilnya secara acak, ia melirik tas jinjing berwarna pink yang berada di sampingnya. Langsung saja Omar memutar kunci mobilnya dan menjalankan mobilnya itu. Di pertengahan jalan email masuk kedalam hpnya, ia membuka pesan dan menemukan alamat toko bunga yang di suruh oleh Bran.

Sewing Heart ArroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang