🌲🌲🌲
.
.
.
.
.Omar berjalan santai sambil membawa tas jinjing berwarna pink di tangannya, ia tersenyum lebar sambil menyapa karyawan-karyawannya yang memilih pulang terlebih dahulu karena disebabkan berbagai macam alasan. Saat sampai di tempat terjadinya kecopatan yang membuatnya harus berolaraga dadakan, gadis pemilik tas itu sudah tidak ada. Omar menatap kekanan dan kekiri jalan, tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis sang pemilik tas.
"Kemana gadis itu?" gumam Omar.
Seorang pria berstelan santai berjalan pelan sambil asik memainkan hp-nya, pria itu berjalan tanpa memalingkan wajahnya kearah hp-nya, Omar mendekati pria itu.
"Permisi... apa anda melihat seorang gadis berdiri disini sambil menangis" tanya Omar.
"Tidak... maaf" pria itu menatap sejenak Omar lalu kembali menatap layar hp-nya dan kembali berjalan.
"Dimana sih gadis itu" kesal Omar sambil menatap tas jinjing pink di tangannya.
Kali ini ia berpikir jika dirinyalah yang menjadi seorang pecopet, tanpa ambil pusing Omar berjalan kearah perusahaan milik sahabatnya itu. Saat ia masuk hal yang pertama membuatnya mati-matian menahan malu adalah ketika para karyawan baik wanita atau pria yang berpapasan dengannya menahan tawa.
"Terkutuk... pencuri sialan itu" umpat emosi Omar sambil terus melangkah lebar.
Ia menuju kedalam ruangannya yang berada disamping pojok kanan ruangan Bran, Omar membuka pintu besar didepannya lebar-lebar dan langsung meletakkan tas jinjing berwarna pink itu, dan entah dimana keberadaan sang pemilik tas. Omar mendudukan bokongnya diatas sofa berwarna hitam, ia kembali melirik tas jinjing itu. Sepintas ada ide untuk membuka tas itu tetapi ia kembali mengurungkan niatnya.
"Aku tidak tau siapa nama gadis itu dan dimana gadis itu tinggal... hah, merepotkan sekali" gumam Omar sambil mengacak rambutnya.
"Didalam tas itu pasti ada dompet dan berbagai macam identitas sang pemilik... Tidak, jika aku membuka tas itu tanpa bilang terlebih dahulu sama pemilik tas, sama saja aku seperti pencuri tadi" untuk kedua kalinya Omar bergumam tidak jelas kepada dirinya sendiri.
"Dimana gadis itu" dengan nada frustasi akhirnya ia menutup kedua matanya dan lebih memilih untuk tidur.
Didalam sebuah toko bunga seorang gadis duduk di salah satu bangku sambil menangis, gadis itu adalah Rea. Untung saja saat ia datang toko bunga itu tidak terlalu ramai pengunjung, ia bahkan masih membawa bunga layu pesanan orang. Pemilik toko tidak marah dan malah menyuruhnya untuk duduk sambil menikmati teh hijau, agar pikiran gadis itu bisa sedikit tenang.
"Hei... Rea kau tidak apa-apa" seru seorang anak laki-laki yang baru berusia 8 tahun.
"Aku tidak apa-apa, Chiko" Rea tersenyum sambil menghapus jejak air matanya."Tapi mengapa Rea mengangis" tanya Chiko penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewing Heart Arrogan
RomanceTidakkk.... hidup di kota New York City terlalu sulit untukku. Di usia 7 tahun aku sudah tidak memiliki seorang ayah. Semua itu karena kecelakaan di salah satu perusahaan tempat ia dulu bekerja, tinggal aku dan ibuku yang sampai sekarang ini terus b...