Aku berjalan mengendap, membuntuti Jungkook hingga cowok itu berhenti di depan loker milik cewek yang kini dirangkulnya sayang.
Aku menempel pada tembok. Bersembunyi dibalik dinding loker dan mengitip dari celah loker hanya untuk melihat kejadian yang membuat hatiku lagi-lagi terasa seperti disengat lebah.
Jungkook berdiri dikejauhan. Dengan tubuhnya yang besar, porsi yang pas dan garis wajah tampan, aku melihat pemandangan paling romantis selama hidupku. Meskipun dia tak melakukan hal romantisnya padaku, kupikir ini tetap akan menjadi hal paling romantis yang pernah kulihat. Jungkook mengurung cewek ke-4 nya dibulan Agustus yang hangat ini diantara loker dan tubuhnya yang tegap berisi.
Aku menghela nafas untuk sesuatu yang dapat kutebak dengan jelas.
Aku baik-baik saja, kataku menyemangati diriku sendiri.
Ini bukan hal besar. Aku mengerti kalau inilah konsekuensi yang harus kudapat kalau ingin membuntuti cowok itu diam-diam tanpa bilang perasaanku yang sebenarnya.
Jungkook tidak bersalah dalam segi manapun.
Aku hanya debu diantara ribuan penggemarnya. Lagipula, aku tak menarik sama sekali untuk menarik perhatiannya.
Hanya saja, ada satu hal yang membuatku membencinya, satu hal dalam kesempurnaannya. Dia playboy.
Meski aku sangat tahu mengenai fakta itu, lagipula siapa yang tidak tahu, aku tetap tak dapat membuang wajahnya dari pikiranku.
Aku telah mengaguminya selama 2 tahun 7 bulan dan 23 hari. Selama itu. Sampai sekarang pun, aku masih belum menyatakan perasaanku, sedangkan beberapa bulan lagi kami lulus dari sekolah menengah atas.
Kadang-kadang aku merasa sedih, walau sudah memaksakan diriku untuk menyatakan perasaanku. Itu tidak akan berhasil. Aku bakal membeku sejauh 5 meter darinya.
Segitu menawannya Jeon Jungkook bagiku.
Aku menutup mata saat Jungkook memiringkan kepalanya untuk memulai ciuman.
Sialan. Bukan tontonan asik. Aku melirik arlojiku.
Oh tidak, tidak!
Aku berlari sepanjang lorong.
Kehabisan nafas dan dibanjiri peluh ketika aku telah berada di ujung lorong. Kelasku diujung lorong satunya.
Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Aku tak mau memberi kesempatan Mr. Lucas menghukumku seperti tempo hari.
Aku mengerem dadakan begitu sampai di depan pintu kelasku. Menimbulkan bunyi mencicit yang keras. Semua orang menoleh padaku. Mr. Lucas berada diantanya.
¤☆¤
"Guru itu memang perlu dikeramasi detergen."
"Demi Tuhan aku baru telat 2 menit dan ini yang kudapat! Kemana pria itu saat Jennie terlambat 5 menit dan tidak diberi hukuman apapun. Ini tidak adil!"
Aku menggerutu sambil bolak-balik menyeret kain pel dengan susah payah.
Menyikat kamar mandi lantai dua merupakan tugasku setelah pulang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOLLOW THE BRAIN || jikook
FanfictionJimin lapar dengan rasa bahagia yang jarang dicecapnya. @disjikookluvgongrazy start : march 16. end : -