"Sayang!"
Jimin tiba di gerbang rumahnya ketika suara nyaring yang ia kenal menguar di udara. Suara gemuruh barang saling menghantam menyusul seketika sampai Jimin sakit mendengarnya hingga kejantung. Dadanya tiba-tiba berdetak kencang. Tanpa menghiraukan Jungkook yang menatap heran, Jimin terburu-buru turun dan memasuki rumah.
"Ibu!"
Saat Jimin memutar kenop, saat itu juga sang Ayah mendesak keluar hingga menabrak tubuhnya. Beruntung Jimin berpegangan pada besi teralis. Ayahnya tampak mabuk berat, dia membawa minuman dan sebuah tongkat bisbol kesayangannya dulu.
Ayah berusaha keras berdiri tegak. Namun Jimin tak peduli. Perhatiannya teralih pada suara ibu yang memanggil parau dari dalam rumah.
"Kalau ada yang terjadi padanya, aku takkan melepaskanmu!"
Telunjuk Jimin mengacung pada Ayahnya yang masih berputar-putar di halaman.
Oh... Jimin berharap dia gila saja.
"Sayang!" Jimin berlari ketika Ibu berteriak lagi.
"Bu,"
Jimin rasa hatinya hancur detik itu juga ketika melihat ibunya tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir di pelipis. Dia berusaha duduk, dan ketika ia berhasil, Ibu berusaha meraih tangan Jimin.
"To-tolong kejar Ayahmu."
Jimin melakukan itu. Setiap kali Ayahnya melakukan hal semacam ini. Tapi tidak sekarang. Jimin menemukan keberanian ketika menolak perintah Ibu dengan tegas.
"Tidak bu! Kau yang lebih membutuhkan perawatan!"
Jimin mengangkat tubuh Ibunya. Mengangkatnya perlahan ke ranjang. Berlari kedapur dan kembali dengan air hangat juga kotak p3k.
Jimin memotong kain kasa setelah membersihkan luka dipelipis. Ibunya menangkap pergelangan tangan Jimin.
"Jimin, tolong kejar ayahmu nak." Bola mata Ibu berkilau dengan permohonan. Jimin tak bisa menolak.
Jimin mengangguk dan tersenyum. Ibu meraih kain kasa ditangannya dan memasangkan kelukanya sendiri.
Jimin berlari. Jungkook dan motornya tidak ada dihalaman rumah.
Dia pulang? Bodoh. Kenapa aku biarkan dia kembali ke rumah.
Jimin berlari. Menyusuri jalan yang kosong dan gelap.
"Ayah!"
Kepalanya pening. Jimin tidak terbiasa dengan darah. Setelah melihat Ibu, keadaannya tidak begitu baik.
Jimin merasakan dingin dibibirnya. Matanya berkunang-kunang. Hal terakhir yang Jimin ingat, ia tumbang dan kepalanya terbentur aspal dengan keras.
¤☆¤
"Keluarga mereka berantakan bung." Jimin dengar sesuatu dalam gelap.
Itu Jungkook. Jimin berusaha membuka mata namun seakan di lem, mereka tak mau terbuka. Jimin tetap berusaha. "Seperti kau tidak saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
FOLLOW THE BRAIN || jikook
FanfictionJimin lapar dengan rasa bahagia yang jarang dicecapnya. @disjikookluvgongrazy start : march 16. end : -