fourteen.

4.5K 694 50
                                    

Jungkook tak membawa Jimin ketempat spesial. Ia hanya membawa cowok itu ketempat wisata terdekat. Sungai Han dan matahari pagi menjelang siang bukan perpaduan yang bagus. Tapi Jimin girang bukan main meskipun ia bilang, "Kau mengajakku kemari? Kukira kau tak suka tempat chessy seperti taman atau sebagainya."

Jungkook menimpali ketus. "Kau mengharapkanku membawamu kemana?"

Tapi Jimin menjawab kalem dan sedikit tak tahu diuntung. "Gunung mungkin? hehe..."

"Pria sinting."

"Kita harus pergi ketempat ini saat malam hari, bagaimana?"

"Ide bagus." jawab Jungkook tak tertarik. Jimin pergi mendekat kearah sungai, Jungkook melakukan hal sebaliknya. Kakinya membawa pria itu ketempat teduh dibawah pohon rindang. Dari sini, ia bisa melihat tapakan ringan Park Jimin, yang seperti anak kecil itu, berlari-lari menemukan hal menarik.

Jimin bisa berubah coklat dibawah sinar matahari yang menyengat dengan kaus lengan pendeknya. Dia bahkan tak pakai jaket untuk menghindari sinar matahari yang membakar kulit. Padahal Jungkook sudah bilang kalau hari ini cuaca akan sangat panas. Dasar keras kepala.

Jungkook menyandarkan tubuhnya pada batang pohon besar. Menatap ketempat lain asalkan tidak pada Jimin yang bermain air dengan senyuman lebar. Itu memuakkan.

Tidak berapa lama, ketika Jungkook menoleh untuk memastikan Jimin masih berada ditempat, Jungkook justru menemukan Jimin berlari seperti melayang diatas udara membawa tubuhnya mendekat. Terlihat ringan tanpa beban. Sinar matahari menyinari Jimin seperti sihir. Rambut abunya terhembus angin. Kausnya mengibas pelan. Menampilkan perpaduan sempurna dengan senyum lebar dan wajah ceria.

"Lihat. Lihat." unjuk Jimin antusias. Memberikan genggaman tangannya dihadapan Jungkook. "Kau takkan percaya saat melihat apa yang kudapat."

Jungkook tak tertarik. Jimin memutar bola mata sebelum mengambil tempat duduk disebelah Jungkook. Ketika tubuh mereka bertabrakan, Jungkook mengernyit tak suka.

"Lihat. Lihat." unjuk Jimin lagi. Setelah itu, ia membuka perlahan jari-jemari imutnya yang terkepal. Tidak terlalu membuka untuk menjaga sesuatu didalamnya. Kuku-kuku Jimin begitu bersih. Telapaknya sangat imut. "Kupu-kupu." Jungkook khawatir kupu-kupunya kehabisan nafas karna genggaman sempit Jimin.

"Dasar bocah." komentar Jungkook.

Jimin manyun. "Memang hanya bocah saja yang boleh menangkap kupu-kupu." kesal Jimin. Dia melepaskan kupu-kupu dari genggaman tangannya. Membiarkan sepasang sayap hijau dan ungu mengepak diudara. Setiap detik, kupu-kupunya semakin jauh. "Andai dia bisa terbang sampai langit." gumam Jimin.

"Memangnya mau apa kalau bisa terbang sampai langit?" sinis Jungkook. Jimin melirik kesal. "Burung saja hanya melakukannya saat bermigrasi."

"Tidak usah ikut-ikutan. Aku hanya sedang gelisah. Kita izin hari ini, tapi kau mengajakku pergi keluar. Itu sama saja bolos."

"Jangan terlalu dipikirkan. Nikmati saja dulu."

Jungkook jadi berpikir siapa yang terlalu menikmati hari. Tidak ada salahnya. Terkadang memang harus seperti itu. Tapi jangan berlebihan seperti bocah disebelahnya.

Jungkook memutuskan tak peduli. Dia mengambil cigarette dari saku jaket. "Kau merokok?" tanya Jimin heran. Selama ini, Jungkook tak pernah menghisap benda laknat itu di apartemen.

FOLLOW THE BRAIN || jikookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang