twenty-nine.

3.4K 493 35
                                    

-

kindly check the author note below🌝 thanks to u💛

-

Busan tak punya banyak tempat untuk dipamerkan. Lagian Jimin juga tak mau pergi sejauh itu. Karnanya ia hanya membawa Jungkook ke sekitar rumah.

Laki-laki itu diam sepanjang jalan. Menyembunyikan jemarinya di saku celana atau menekuk lengan didada ketika menemukan sesuatu yang menarik perhatian. Menatap dalam diam, tak ada satupun suara yang keluar. Anehnya, tak ada suasana canggung yang mengambang diantara mereka. Jimin selalu ingin punya teman jalan seperti ini. Tapi dia tak pernah sangka, kenapa juga harus Jungkook yang pertama?

"Jadi..." Jungkook buka suara setelah keheningan yang panjang. Dia habis menatap burung camar yang mengais dengan kaki mereka dan menoleh pada Jimin ketika ia bertanya, "Apa yang kau lakukan dimasa kecilmu?"

Jimin angkat bahu. "Tak ada yang spesial."

"Jadi kau telanjang berlarian disekitar pantai mengejar burung camar?" Jungkook menekan, "Itu yang menurutku tak spesial."

"Gross."

"Gross? Umpatan Busan huh?" Jimin tertawa kencang sekali.

"Yeah, gross!" umpatnya sembari menyiprat air dengan kaki. Jungkook menutupi wajah. Lantas tertawa dan mereka bermain air sepanjang hari. Jimin berlari disepanjang pantai, burung camar berpencar terbang menghindar. Dia tertawa-tawa dan Jungkook memperhatikan dengan senyum diwajah dan binar dimata.

Jimin membawa satu keong kecil dengan cangkang warna merah dan kaki-kaki mungil berwarna putih. Memainkannya di telapak tangan. Jungkook menghampiri dan punya ide membuat istana pasir. Jimin mengambil batok kelapa. Jungkook heran karna seharusnya istana berbentuk kotak. Jimin dengan menggemaskan berkata. "Aku ingin buat istananya seperti balon!" Gross, Jungkook tertawa lagi dan mengusak pucuk kepala Jimin.

Menjelang sore hari, tubuh keduanya sudah berbalut pasir putih. Hampir disemua bagian, bahkan mencapai penutup kepala Hoodie milik Jungkook. Jimin merasa bersalah ketika ia tak sengaja terlalu gemas dengan tingkah menyebalkan Jungkook karna merusak hasil cetakan dari batok. Jungkook dapat tamparan pasir putih berkali-kali namun tak kunjung berhenti menjahili. Dia cuman mau lihat raut kesal Jimin ditemani orange matahari tenggelam.

Ketika detik-detik matahari tenggelam, Jimin dan Jungkook duduk akur bersebelahan. Disisi kanan Jimin terdapat istana pasir berbentuk setengah bulat. Keong dan kepiting mereka bermain diantara rumput laut yang Jungkook ambil dari pesisir. Dia bilang untuk menghias istana pasir mereka dan Jimin tertawa dengan sikap polosnya. Jungkook menatap kedepan, kearah matahari yang membias orange, begitu jelas tak tertutup kabut sama sekali.

Jimin menatap kearah yang sama. Tapi tubuhnya tak bisa berbohong kalau ia hanya ingin melihat profil Jungkook. Matanya mencuri-curi pandang. Jungkook yang sadar akan tatapan itu menoleh cepat. Memergoki Jimin menatapnya dalam. "Kupikir mataharinya lebih menarik dariku."

Jimin menghindar cepat. Menunduk memilin jari. "Kenapa repot-repot mengunjungiku? Kau bisa telpon."

"Aku orang yang lebih memilih menghampiri ketimbang berhubungan lewat ponsel."

"Tapi ini Busan, sangat jauh dari Seoul. Sekolahmu bagaimana?"

"Seharusnya aku yang tanya. Sekolahmu bagaimana?"

FOLLOW THE BRAIN || jikookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang