nineteen.

4K 659 177
                                    

"Jimin, maafkan kami tapi kami sangat memperlukan bantuanmu."

"Ya, Sooyoung. Tak apa, ada apa?"

"Aku sedang membuat kue dan tak bisa meninggalkannya barang sebentar. Jadi maukah kau pergi mengantar box minuman ini ke sebuah tempat billiard dekat sini?" jelas Sooyoung. "Kau hanya perlu menaruhnya dan bilang pada salah satu orang disana kalau pesanannya sudah datang dan kembali. Aku bisa mengambilnya setelah pukul 10."

"Tenang saja, Sooyung, aku akan lakukan semua."

"Terimakasih Jimin, kau yang terbaik."

"Itu terlalu berlebihan."

Sooyoung tertawa renyah. Tawanya menular. Aku mengambil box minuman dan beberapa gelas plastik.

"Aku pergi."

"Hati-hati Jimin-ah."

¤☆¤

Ü billiard hanya beberapa meter dari cafeku. Pantas Sooyoung tak mengatakan apapun tentang kendaraan. Aku bisa kesana jalan kaki. Untuk pekerjaan paruh waktuku, aku sudah menjalaninya selama 4 hari.

Karyawan disana baik, kebanyakan dari mereka sangat ramah. Mungkin ada 1 atau 2 orang yang tidak begitu suka dengan kehadiran anak baru. Padahal aku tak melakukan apapun.

Sooyoung sebagai pemilik cafe sekaligus kasir. Pribadinya baik, wajahnya manis, dan sangat lemah lembut. Senyumanya begitu tulus. Dia pribadi yang lemah lembut dan memiliki semangat yang tak pernah putus.

Sampai di Ü Billiard, aku dihadang bodyguard berbadan besar dipintu masuk.

Aku bilang mengantarkan beberapa pesanan pengunjung atas nama Kim Taemin. Mereka pantas mempersilahkanku masuk.

Seperti halnya Billiard, penerangan disini lumayan merusak mata. Padahal mereka butuh konsentrasi penuh untuk mendorong bola memasuki lubang lewat tongkat. Aku jadi heran sendiri kenapa tempat ini cukup temaram. Namun sadar kalau penerangan ini memang diperlukan ketika aku menoleh dan menemukan sepasang manusia bercumbu di sofa kulit hitam dipojok ruangan.

Aku mengalihkan pandangan dan menghampiri seorang petugas.

"Permisi, aku perlu mengantarkan pesanan minum untuk Tuan Kim Taemin."

"Disana." Dia menunjuk pada sebuah kerumunan yang sedang asik tertawa dan berbincang disebrang ruangan.

"Terimakasih." Aku menunduk.

"Permisi," semua mata tiba-tiba tertuju padaku. Aku menunduk. "Pesanan atas nama Kim Taemin dari Maxilirous cafè."

"Letakkan saja disana."

"Tanda tangan Anda Tuan."

"Jungkook, berikan tanda tanganmu."

Aku mendongak begitu nama itu disebut. Aku menatap semua wajah disana dan menemukan Jungkook dalam sosok dewasa yang menawan. Lengan kemeja kuning yang pas dibadan digelung hingga siku, ujung kemeja hilang tertelan jeans belel yang membungkus kaki panjangnya, serta sepasang sepatu pantofel yang kasual, berjalan kearahku dengan seringai nakal.

Well... dia sangat tampan dan panas.

"Park Jimin?"

Seorang pria menyapaku. Aku kenal dia. Kim Taehyung.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya lagi.

"A-aku-"

Jungkook berdiri disebelahku dan melingkarkan salah satu lengannya mengelilingi bahuku. "Dia mau memberiku jus karna kekasihku tahu apa yang kubutuhkan. Sesuatu yang manis. Benarkan?"

FOLLOW THE BRAIN || jikookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang