Aku tergoda. "Sungguh?"
"Seorang pria selalu menepati omongannya."
"Seperti kau pria sejati saja."
"Aku pria sejati." protesnya tak terima. Aku menahan tawa.
"Kau tidak tampak seperti pria sejati. Kau itu manis." aku tersenyum.
"Hei,"
Jungkook memegang pundakku dan memutarnya hingga berbalik ke apartemen. Aku masih menahan senyum. Jungkook tak suka dipanggil manis. Hihihi, lucu. Sekarang apa, aku hanya menurut digiring seperti seekor bebek. Eh, salah. Seperti babi.
Sebenarnya, aku hanya tak tahu bagaimana reaksi ibu jika aku tak membawa kantung belanjaan. Dia pasti marah besar. Lagipula aku tak bisa hanya diam saja ketika Jungkook dengan mudahnya menguak dagingku. Mengulitinya hidup-hidup. Aku tak sadar jika aku belum melempar sanggahan dan langsung berlalu begitu saja, seperti aku membenarkan apa yang Jungkook bilang. Aku tak mau lelaki itu semakin besar kepala.
Beruntung Jungkook mencegat, membawaku kembali masuk. Tak ada waktu lebih untuk berpikir. Jadi aku mengikuti tawarannya. Jungkook menawarkan untuk masuk dan melupakan semuanya. Dia bilang begitu, tapi entah bagaimana kelanjutannya. Aku hanya perlu menyimpan rasa maluku padanya. Jungkook bukan tipe orang yang mengoceh pada teman untuk menggosip. Jadi aku menurut untuk digiring. Dia memberikan senyum saat aku dan dia telah mencapai dapur.
"Kembali masak, anak manis." Jungkook mengelus puncak kepalaku dan menyeringai. Apa sih yang dia lakukan?
Aku memutuskan untuk melupakannya dan melanjutkan apa yang telah kulakukan dengan semua barang belanjaan Ibu. Setelah 5 menit, 2 porsi nasi goreng kimchi tersaji diatas meja.
Jungkook datang, tanpa sepatah kata, dia duduk disalah satu bangku dan mulai melahap makanan. Aku mengelap telapak tanganku dan mengambil duduk didepannya.
"Bagaimana?" tanyaku harap-harap cemas.
"Lumayan." aku mengulas senyum.
"Kalau begitu makanlah yang banyak, setelah itu kau harus mengantarku pulang."
"Makan saja makananmu."
Aku mendengus.
Jungkook selesai setelah 5 menit. Dia menaruh piringnya di wastafel tapi tidak mencucinya. Dia hanya menaruhnya disana dan pergi ke kamar.
Aku tak terpengaruh dan melanjutkan makan.
Setelah 10 menit, aku pergi kekamar Jungkook. Hanya untuk melihatnya tidur tak berpakaian. AC nya menyala, kupikir dia pasti kedinginan. Aku melangkah mendekat. Menarik selimut yang turun, menutupi tubuh shirtless-nya. Dia punya eightpack yang menakjubkan. Aku hampir iri.
"Kakak," Aku mengerutkan kening dan berjalan mendekat.
Jungkook bergerak gelisah seakan menghindari sesuatu. Dia pasti mimpi buruk. Suaranya serak. Seakan tercekat dimimpinya.
Aku menyentuh keningnya, merasakan hawa panas masuk kedalam pori-pori telapakku. Jungkook demam.
"Tunggu sebentar." kataku, walau Jungkook tak bisa dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOLLOW THE BRAIN || jikook
FanfictionJimin lapar dengan rasa bahagia yang jarang dicecapnya. @disjikookluvgongrazy start : march 16. end : -