"Kamu jangan lemah! Jangan seperti kakakmu yang tidak bisa apa-apa itu! Azema itu kuat! Kamu tidak pantas menyandangnya kalau Kamu lemah!" teriak seorang pria yang berdiri berkecak pinggang di ambang pintuTidak ada respon dari amukannya.
"Kamu dengar itu!" teriaknya lagi
"Yaa.. Ded. Aku tidak akan lemah." isak gadis kecil yang sedari tadi meringkuk di sudut ruang
"Berdiri dan jangan menangis!"
Gadis itu terus menangis, lebih kencang dari sebelumnya.
"BERDIRI! DAN BERHENTI MENANGIS!"
Gadis itu tersentak dari tangisannya. Dengan tekanan di benak, ia berdiri dan mengangkat kepala dengan isak yang masih tertahan.
"Dan jangan pernah bergaul apalagi sampai mendekati 'orang-orang lemah!"
"Iyaa, Ded. Aku akan menjadi kuat! Tidak akan menjadi lemah! Tidak akan!" teriak gadis kecil itu memecah setiap isak tangisnya
"Hhmm... ini baru gadis kecil Azema!" senyuman puas pria tersebut mengiringi kepergiannya meninggalkan gadis itu yang seketika mati rasa di persendian kakinya.
"Aku harus menjadi kuat!" bisik gadis tersebut sebelum ia terlelap dalam kelelahan.
___
Bangunan besar namun sederhana yang dikenal sebagai Rumah Singgah itu, adalah tempat perkumpulan atau lebih tepatnya tempat penampungan anak-anak penyandang penyakit berat. Bangunan yang terletak di sebelah barat jalan Tanjung Karimun itu sangat sepi. Selalu sepi.
Gadis kecil bermata cokelat tengah duduk bersama remaja lelaki yang terlihat lemah dan tak berdaya.
"Kakak jangan lemah. Karna Azema itu kuat! Jangan karna kekuatan Kakak ada pada Tata, bukan berarti Kakak jadi lemah!" ujar gadis tersebut
"Iyaa." jawaban singkat nan lemah terlontar dari bibir kering si remaja
"IYA! Kakak harus lebih keras lagi mengatakan IYA! Lebih keras lagi, Kak!" desak si gadis
Belum sempat si remaja mengatakan 'iya', tiba-tiba teriakan seorang pria dengan mimik geram membuat kedua manusia muda itu menoleh.
"Jangan mendekati orang lemah! Kamu ingat? Kamu adalah Letta Azema! Menjauh darinya!" teriak si pria
"Tapi dia juga Azema, Ded! Dia Arga Azema! Dia juga kuat, dia tidak lemah!" teriak si gadis yang diketahui bernama Letta Azema itu
"Tidak! Dia bukan Azema! Kamu lihat dirinya! Lemah dan tak berdaya!"
Si pria menarik lengan Letta dengan kasar dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di depan Rumah Singgah.
"Sudah kukatakan, jangan mendekati orang-orang lemah!" ujar si pria sambil mengendalikan stir mobilnya
"Tapi dia adalah kakakku, Ded." jawab Letta dengan nada tinggi
"Dia bukan kakakmu! Kalau dia adalah kakakmu, dia pasti lebih kuat darimu!"
"Aku akan membuatnya kuat, Aku janji." seruan percaya diri keluar dari bibir ranumnya
"Apa Kamu tidak mengerti apa yang Ded katakan? Dia bukan kakakmu. Kau itu kuat seperti Ded! Tetapi dia hanya Arga. Arga yang lemah!"
"Arga Azema! Namanya Arga Azema." teriak Letta lebih kencang
"TIDAK!" amarah si pria yang mendadak memberhentikan mobilnya.
"Dia bukan kakakmu! Kau dengar itu?!" ucap si pria yang seketika menggenggam kuat lengan Letta sehingga menimbulkan rintihan dari bibir gadis itu.
Makian dari si pria membuat Letta bungkam. Ia lebih memilih diam daripada terus mendesak. Ia sudah terlalu lelah untuk meminta. Ia memang hanya gadis kecil. Tapi, seruan terakhir yang keluar dari lisan sang Ayah, membuat sebuah rasa asing muncul dalam hatinya. Benci. Itu yang ia rasakan.
____
Holla!!
Selamat datang Readers:)Ceritanya, ini story perdana. Masih tercium bau "pemula" nya. Jadi, tolong masukan dan kritik pembangunnya:)
BigThanks dari Co-Writer yang masih sangat sangat amatir:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Belonging Needs (COMPLETED)
Teen FictionMenceritakan tentang seorang gadis baja dengan hati sutra. Hidup ditengah keramaian, namun Ia sendiri. Membuatnya haus akan kasih, membuatnya berkeinginan untuk dimiliki. Lewat lembaga akademi dan tingkah sosial yang menjadi latar. Ditemani dengan k...