Part 17

18 4 3
                                    

Kini, aku menemukanmu. Tanpa radar, kau datang sebagai takdir. Atau mungkin kesempatan kedua, agar janji kemarin dapat terbayar.

***

--

Sehari setelah festival akhir tahun.

Gevin menghentikan motornya di depan sebuah rumah dengan pagar hitam tinggi. Turun dari motor dan menekan bel pada sisi sebelah kanan pagar. Selang beberapa saat, seseorang membukakan pagar tersebut.

“Iyaa? Cari siapa?” tanya seorang wanita paruh baya yang tingginya hanya sebahu Gevin.

Saat melihat wanita itu, Gevin seakan pernah melihatnya sebelumnya. “Saya mau cari Letta, ada?” tanya Gevin.

“Oh.. Nona Letta lagi gak di rumah, dia sekarang di rumah sakit.” jawab wanita tersebut.

“Siapa yang sakit? Letta?”

“Bukan, yang sakit itu kenalannya Nona Letta.”

“Sepagi ini, Letta jenguk orang itu?”

“Nggak, Nona Letta nginap disana tadi malam.”

“Oh.. Tapi.. maaf nih Buk yaa sebelumnya, saya kaya pernah lihat ibuk deh, tapi dimana yaa?” Gevin tidak tahan untuk bertanya.

“Orang-orang panggil saya, Bik Na.” jawab wanita tersebut.

Dan, deg!

Hati Gevin tersentak mendengar nama itu, Bik Na. Orang yang dulu merawat Tata, Tata kecilnya.

“Bik Na?” panggil Gevin.

“Iyaa?”

“Bik Na kenal saya?”

“Memang Aden ini siapa?”

“Saya Gege, Gege yang dulu sering main sama Tata. Yang sering Bik Na kasih keripik pisang.” jelas Gevin.

“Oh.. Den Gege! Yaya.. Bik Na ingat. Aduuh! Sudah besar sekarang yaa.” ucap Bik Na sambil menepuk-nepuk bahu Gevin.

Gevin menyalami punggung tangan wanita itu, “Tapi, Bik. Saya mau nanya, kenapa Tata pindah waktu itu?”

Bik Na bercerita tentang alasan Letta yang harus pindah, dan kembali lagi ke sini. Dan pengertian itu membuat dendam lama yang dulu pernah tersimpan akibat janji yang tak terpenuhi sirna. Mungkin dulu ia masih terlalu kecil untuk memahami hal yang seberat ini.

“Bik Na, jangan bilang sama Tata yaa kalau saya ini Gege. Biar saya aja yang kasih tau ke dia.” pinta Gevin.

--

“Aku bahagia bisa ketemu kamu lagi.” ucap Gevin sambil menatap dalam Letta, seakan tidak ingin melepas tatapan itu.

Letta tersenyum menanggapi tatapan lelaki itu, ia pun membalas dengan tatapan yang tak kalah hangat. “Maaf.. karna dulu aku pergi tiba-tiba.”

Gevin tergelak, dan itu membuat Letta heran. “Kenapa?”

Kok sekarang kita ngomongnya, aku kamu?” tawa lelaki itu.

Hihihi.. iya yaa, Gue juga agak canggung.” balas Letta sambil menggaruk tengkuknya.

“Kita ngomong kaya biasa aja yaa.” ucap Gevin.

“Yaa..”

“Oke..” Gevin lalu menarik nafas dalam, “Gue senang bisa ketemu Lo lagi.” ulang Gevin.

Love and Belonging Needs (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang