Cara menunggu setiap orang itu berbeda. Ada yang menunggu dalam riang, ada pula yang menunggu dalam diam.
***
L
etta merenggangkan tubuhnya saat baru keluar dari tenda dapur, badannya remuk karena harus terus mengaduk makanan bersantan yang katanya adalah makanan terlezat sedunia. Makanan itu adalah hidangan makan siang untuk semua orang yang ada di pengungsian. Yaa.. memang boros sekali, padahal nanti malam mereka juga akan bakar-membakar sebagai tradisi penyambutan tahun baru, juga akan banyak makanan yang terhidang. Tapi ya sudahlah, mungkin untuk membahagiakan mereka, pikir Letta.
Saat Letta hendak melangkah, segerombolan manusia berseragam oranye tergesa-gesa menuju pesisir. “Ah! Ada apa? Apa ada korban lagi?” bathin Letta.
Dan benar saja, ada mayat-mayat yang diangkut, 2 mayat kali ini. Seberapa banyak lagi korban di dalam lautan itu? Letta hanya menggeleng kepala, membayangkan akhir tahun pulau ini masih dalam berkabung. Pantaskah perayaan tahun baru ini digelar?
___
Gevin tergesa membantu mengangkat mayat-mayat yang sudah tak berbentuk itu. Mayat yang ditemukan oleh nelayan pulau Kerang yang biasa mencari ikan sampai perbatasan pulau Selatan ini, berhubung pulau Selatan dan pulau Kerang berseberangan.
Mayat-mayat itu ditemukan di dekat karang menuju samudra, terseret ombak barangkali. Seperti yang sudah didapat, kemungkinan masih ada mayat-mayat yang tersembunyi disekitar sana.
Seluruh tim pencari turun, termasuk Gevin. Setelah mengantar mayat-mayat tadi ke tenda khusus jenazah, barulah lelaki itu bergegas turun ke air.
Menyelam sana sini, terus mencari. Hingga 3 jam, baru 1 mayat yang ditemukan setelah 2 mayat pertama. Tapi mereka tidak menyerah dan terus mencari. Diprediksi bahwa mayat-mayat itu adalah satu keluarga.
Hingga senja tiba, pun semangat mereka tak kunjung surut. Ditambah lagi petunjuk dari potongan-potongan baju yang ditemukan. Namun, dikarenakan panggilan Tuhan untuk segera berdoa pada-Nya terdengar, mereka berhenti sejenak hingga makan malam.
Letta melihat tim pencari pulang, yang ia harapkan adalah keberhasilan mereka menemukan jasad-jasad lainnya. Tapi sepertinya tidak, karena tampak dari tangan mereka kosong, hanya sekantong kresek hitam yang dibawa pemimpin mereka.
Letta melihat Gevin, rautnya murung. Dan entah mengapa, hatinya tergerak untuk menghampiri.
“Dapat? Jasad lainnya?” tanya Letta mengagetkan lelaki itu.
“Nggak. Tapi kami cuma dapat potongan-potongan bajunya, mungkin mayatnya ada disekitar situ.” jelas Gevin, “Nanti kami akan lanjut lagi?”
“Lanjut lagi? Malam ini?”
“Iyalah, petunjuknya udah dekat.”
Letta hanya mengangguk,
“Lo tenang aja, nanti kita tetap jadi kok naik ke kapal besar itu.” ungkap Gevin.
“Huh? Gue gak berharap lebih!” tukas gadis itu.
“Ya udah, sana masuk! Perempuan, magrib-magrib, masih juga berkeliaran, gak baik tau!” sergah Gevin.
“Hehk!” respon Letta, kemudian berlalu meninggalkan lelaki itu, lelaki yang hanya tersenyum manis melihat kepergiannya.
___
Dduuuaaaarrrr…. Dduuuuuaaaaarrr….
Letusan kembang api disana-sini terdengar, kepekatan langit ditambah taburan bintang sangat mendukung letusan kembang api yang sangat indah. Disana-sini, para korban berbaur dengan relawan, saling membantu bakar membakar bahan makanan yang bisa dibakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Belonging Needs (COMPLETED)
Teen FictionMenceritakan tentang seorang gadis baja dengan hati sutra. Hidup ditengah keramaian, namun Ia sendiri. Membuatnya haus akan kasih, membuatnya berkeinginan untuk dimiliki. Lewat lembaga akademi dan tingkah sosial yang menjadi latar. Ditemani dengan k...