“Jiwa yang berani, kini ia kembali. Bersama janji masa lalu yang mengikatnya dalam kekuatan. Sebuah energi yang menjadikannya manusia baja. Namun tetap, tetap dengan hati sutranya.”
***
Pagi itu gerimis, butir-butir air mengguyur kota semalaman. Jalanan masih basah olehnya, masih sepi dan dingin. Letta mengendarai scooter-nya dengan berbekal jas hujan biru muda untuk melindungi seragamnya. Jas hujan pemberian kakaknya, 7 tahun lalu.
-
“Yaah.. hujan.” keluh Letta setelah keluar dari pintu utama gedung besar itu, melihat hujan yang tidak begitu deras.
“Gak boleh kaya gitu. Hujan itu rahmat Tuhan.” balas Arga
“Tapi, gimana caranya Tata pulang? Tata harus pulang duluan sebelum Ded. Jangan sampai Ded tau kalau Tata main ke sini lagi, bisa kena marah.” jelas Letta dengan nada ketakutan
“Tata lari aja yaa, Kak.” sambung Letta
“Eh.. jangan! Nanti kamu sakit.” cegat Arga penuh perhatian
“Trus, gimana Tata bisa pulang?”
“Tunggu di sini.” ucap Arga lalu masuk, sebentar kemudian keluar sambil membawa sebuah benda.
“Pakai ini!” Arga menyodorkan sekaligus langsung memakaikan jas hujan biru yang terlihat kebesaran oleh tubuh mungil Letta.
“Tapi ini kebesaran, Kak.”
“Gak apa. Yang penting kamu gak kehujanan dan nggak kena marah sama Ded.”
“Hhmm.. ya sudahlah.” ucap Letta pasrah
Arga tersenyum melihat wajah pasrah adiknya itu.
“Oke Kak. Tata pulang dulu yaa, besok Tata kembalikan jas hujannyaa.”
“Gak usah, ambil aja buat kamu.”
“Nanti kakak gak punya jas hujan. Kalau Tata, bisa aja minta belikan sama Mam atau Ded.”
“Kakak gak perlu lagi jas hujan, kakak ‘kan di rumah singgah ini aja dan lagipun kakak gak boleh keluar. Jadi kamu pakai aja jas hujan kakak ini, daripada beli yang baru. Kita gak boleh boros selagi ini bisa di pakai, pakai aja. Lagian jas hujan ini bisa kamu pakai sampai kamu besar nanti.” jelas Arga
“Jadi ini untuk Tata?”
“Iyaa..”
“Makasih, Kak. Yaudah, Tata pulang dulu yaa.”
“Iyaa, hati-hati!”
-
Letta sampai di sekolah, memarkirkan motornya lalu melepas jas hujan biru yang sekarang telah muat untuknya.
“Kak Arga, Tata kangen.” bathin Letta sebelum ia memasukkan jas hujan itu ke jok motornya.
Tiba-tiba Gevin datang, memarkirkan motornya tepat di sebelah Letta. Gadis itu tidak peduli siapapun yang memarkirkan motor di sebelahnya, ia langsung bergegas ke kelas.
“Dia gak lihat Gue?” bathin Gevin yang merasa dikacangin lalu tersenyum melihat punggung Letta yang kian menjauh
Sesampai di depan pintu kelas, Letta sendiri. Selalu menjadi orang pertama yang melangkah masuk ke kelas yang bertulis 2 IPA 2 itu. Matanya sempat melihat arloji di tangan kiri, “06.17”. Begitulah waktu yang ditunjukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Belonging Needs (COMPLETED)
Teen FictionMenceritakan tentang seorang gadis baja dengan hati sutra. Hidup ditengah keramaian, namun Ia sendiri. Membuatnya haus akan kasih, membuatnya berkeinginan untuk dimiliki. Lewat lembaga akademi dan tingkah sosial yang menjadi latar. Ditemani dengan k...