Inikah yang dinamakan jatuh hati? Atau hanya sebuah kenyamanan yang baru didapat setelah entah berapa lamanya menghilang?
***
“Yeeyy… itu, kakak-kakak pramukanya datang.” sorak anak-anak rumah singgah setelah melihat anggota pramuka One HS yang baru tiba.
“Itu Kak Tata!” tunjuk seorang gadis tak berambut.
“Eh.. itu juga ada kakak kemarin. Kakak yang bercerita waktu pemeriksaan rutin.”
“Oh iyaa…”
“Hallo semuanya!” sapa Yudha.
“Hallo kakak!” jawab semua anak-anak itu penuh semangat.
“Tau’kan, kami mau ngapain kesini?” tanya Yudha.
“Kita mau pramuka’kan Kak?” jawab salah satu anak.
“Betul sekali. Sebelumnya kakak-kakak mau dirikan tenda dulu yaa.”
“Kami boleh bantu, Kak?” tanya bocah berkursi roda dan disetujui dengan anggukan semua anak-anak itu.
“Hhmm.. terimakasih. Tapi gak usah, kalian lihat aja yaa.”
“Yaah..” sorak anak-anak itu kecewa.
__
“Yeeyy.. tendanya udah berdiri. Nanti kami tidur di tenda yaa, Kak.” ucap gadis dengan syal rajut di lehernya.
“Hemh.. nggak, kalian tetap tidur di dalam rumah.” jawab Macha.
“Yaaahh.. kenapa kami nggak boleh tidur di tenda?”
“Bukan nggak boleh. Kalau kalian tidur di tenda, trus kami tidur dimana?”
“Kita gantian aja, kakak-kakak tidur di rumah, biar kami yang tidur di tenda.”
“Eh.. jangan!” seru Nesha.
“Kenapa? Kan kakak-kakak udah sering tidur di tenda, sedangkan kami cuma sekali ini mau tidur di tenda masa nggak boleh.” ucap si bocah berkursi roda dengan nada mengeluh.
“Udahlah, Kak. Bilang aja kami lemah! Kami gak boleh tidur di tenda takut kami kenapa-napa, karna kami bukan anak normal seperti kakak-kakak pramuka semua yang tangguh!” jelas si gadis tak berambut dan membuat seluruh anggota pramuka itu bergeming.
-
-“Kenapa kamu ngomong kaya gitu!” Gevin mulai angkat suara “Siapa bilang kalian lemah? Malahan kalian itu kuat! Mungkin lebih kuat dari kami semua. Kalian mampu bertahan sampai sekarang ini walaupun dengan semua nyeri yang kalian rasakan.” jelas Gevin menyemangati.
“Trus, kenapa kami gak boleh tidur di tenda?”
“Karna kalian istimewa!” ucap Gevin dengan nada ‘yakin’.
Beberapa saat hening, tapi kemudian...
“Yaa, Kak. Kami ngerti.” seorang gadis dengan selang yang terpampang di hidungnya yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah. Semua mata menuju gadis itu, hingga barulah...
“Iyaa, Kak. Kami ngerti.” akhirnya disambut juga dengan anak-anak yang lain.
Entah berapa saat, suasana menjadi hening kembali.
“Saatnya kita out bone!” seru Azam mengalihkan pembicaraan sekaligus memecah keheningan tersebut.
Kriik..kriik..
“Yeeyy.. ayooo!!” sorak anak-anak
__
Hari cepat berlalu, semua wajah terlihat lelah. Hari itu mereka habiskan dengan kegiatan-kegiatan positif untuk anak-anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Belonging Needs (COMPLETED)
Teen FictionMenceritakan tentang seorang gadis baja dengan hati sutra. Hidup ditengah keramaian, namun Ia sendiri. Membuatnya haus akan kasih, membuatnya berkeinginan untuk dimiliki. Lewat lembaga akademi dan tingkah sosial yang menjadi latar. Ditemani dengan k...