Part 10

46 4 0
                                    

Iyaa, ini hanya sebuah kebersamaan yang melebur menjadi kenyamanan. Hingga kenyamanan itu menjelma sebuah cinta.

***

Ujian Akhir semester tengah berlangsung di seluruh sekolah dari tingkat SD sampai SMA di kota. Semua pelajar sibuk dengan pengulangan pembelajaran yang telah mereka pelajari di satu semester itu.

Letta duduk di bangku dekat parkiran sambil membaca sebuah buku, pastinya buku pelajaran yang akan diujiankan hari itu. Di telinganya tergantung earphone dengan musik klasik yang menenangkan. Sambil menghentak pelan tapak kakinya mengikuti alunan musik, matanya bergerak mengikuti setiap baris tulisan, namun sesekali matanya juga terpejam dan mulutnya berkomat-kamit, menghafal.

"Heii.." sapa seseorang kepada Letta yang tidak merespon. Mungkin gadis itu sama sekali tidak sadar bahwa ada seseorang yang berdiri di sampingnya.

Orang itu memperhatikan Letta, dan barulah ia sadar bahwa ada sesuatu menggantung di telinga gadis itu.

"Ah! Pantesan gak dengar." guman orang itu.

Kemudian orang itu duduk di samping Letta, dan barulah gadis itu sadar akan keberadaan orang itu. Letta melihat orang yang duduk di sampingnya, Abby. Yaa, Abby. Lelaki pembopong itu.

Letta melepas earphone-nya, melihat lelaki itu dari atas kepala sampai ujung kakinya. Karena merasa di perhatikan, lelaki itu menoleh kearah Letta.

Lelaki itu menaikkan alis kanannya, "Kenapa? Gak boleh Gue duduk disini?!" tanya Abby.

Sedang Letta tidak merespon, kemudian ia bangkit dan berlalu meninggalkan lelaki itu.

Abby tersenyum miring melihat kepergian gadis itu, "Hm.. Letta!" gumamnya.
__

Letta menyusuri koridor menuju halaman belakang sekolah, jarang sekali ia datang kesini walau hanya sekadar lewat. Baginya, halaman belakang sekolah tidak ada yang menarik, selain gudang sekolah. Gudang dengan atap kerucut dan badan tabung, pintu bundar di atas, serta corat-coret dinding yang ditinggalkan oleh siswa-siswa yang baru lulus.

Matanya tertuju pada bagian belakang gudang itu, bagian yang biasa dijadikan tempat berkumpulnya anak-anak bolos pelajaran. Tapi pagi ini, tempat itu tampak masih sepi. Letta melangkah menuju gudang itu, tampak pintunya sedikit terbuka. Saat melewati pintu gudang itu, tak sengaja matanya melihat seseorang yang sedang meringkuk membelakangi pintu di bawah meja yang bertumpuk dalam gudang itu.

"Siapa tuh?" gumam Letta sambil terus memperhatikan. Gadis itu mendorong sedikit pintu itu dan menimbulkan suara decitan dari engsel pintu yang sudah berkarat.

Karena merasa ada seseorang yang datang, orang di dalam gudang itu menoleh tanpa suara. Ia melihat seorang gadis sedang mengintipnya, tapi tidak jelas siapa yang mengintipnya itu.

Sedang Letta yang merasa ketahuan, langsung mengambil langkah seribu pergi dari tempat tersebut.

Saat baru memasuki kembali koridor dalam sekolah, tiba-tiba larinya terhenti. "Kenapa Gue malah takut? Harusnya tuh orang yang takut, karna dia yang ketahuan 'entah mengapa' di dalam situ. Sendirian pula." bathin gadis itu. "Siapa dia?"

"Ah! Udahlah. Intinya, gak jadi belajar Gue." gerutu Letta melanjutkan pelariannya.

__

Hari ujian sama dengan hari pulang cepat, hal yang biasa dilakukan para siswa saat pulang cepat adalah hal yang menghabiskan waktu dengan kesenangan. Tapi tidak bisa jika kali ini, pulang cepat berarti keharusan untuk belajar di rumah, mempersiapkan akal untuk ujian selanjutnya di kemudian hari.

Love and Belonging Needs (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang