Bernaung di bawah langit yang sama, melihat deru hujan yang sama, merasakan percikan surya yang sama, semua kita sama. Namun, akankah harap ini sama pula?
***
Sore yang cukup cerah, Letta berjalan menyusuri koridor Rumah Sakit Umum Kota, aroma khas bangunan itu tersebar hampir ke seluruh penjuru. Sambil menenteng sebuah paper bag dan membawa setangkai anyelir putih dengan semburat merah muda pada kelopaknya.
Memasuki lorong utama, Letta menghampiri seorang ibu yang rautnya tampak tegang.
“Gimana Nura, Bu?” tanya Letta saat berhadapan dengan si ibu.
“Masih di dalam, kayanya bentar lagi selesai.” ucap ibu tersebut, yang ternyata adalah Bu Ratna, kepala rumah singgah Tanjung Karimun.
“Ini kemo-nya yang ke lima. Ibu berharap dia masih bisa bertahan.” sambung Bu Ratna.
“Iyaa.. dia pasti kuat.” balas Letta sambil melihat pintu ruang kemoterapi yang tampak tertutup rapat itu.
“Hm.. kamu dari mana?” tanya Bu Ratna
“Habis dari dari toko buku.”
“Oh.. beli buku apa?”
“Ah! Gak ada. Ini mah buku teman, tadi kebawa sama Tata.”
Bu Ratna mengangguk pelan. “Coba ibu lihat!” ucap Bu Ratna, dan di balas Letta dengan menyodorkan paper bag yang ia bawa itu.
“Ilmu kedokteran?” Bu Ratna membaca judul buku yang lumayan tebal itu. “Teman kamu mau jadi dokter yaa?” lanjutnya.
“Katanya sih gitu.”
“Kok bukunya bisa kebawa sama kamu?”
“Hhmm.. tadi itu…”
-
“Lo mau jadi dokter yaa?” tanya Letta saat melihat buku yang dibeli oleh Gevin.
“Yaa.. seperti itulah.” jawab lelaki itu.
Sedang Letta hanya mengangguk memberi balasan.
Mereka berjalan keluar dari toko buku itu.
“Oh yaa, Ta. Buku Gue titipin di motor Lo yaa, soalnya motor Gue gak ada gantungannya.” ucap Gevin saat mereka hendak menaiki motor.
“Hm.. ya udah, sini!”
“Nanti pas di gapura Tanjung Karimun, Gue ambil lagi.”
Letta hanya mengangguk sambil menerima paper bag berwarna cokelat tua itu.
Lalu, mereka men-starter motor dan berlalu meninggalkan lahan parkir toko buku tersebut.
Di perjalanan, Letta diberhentikan oleh sebuah panggilan dari ponselnya. Melihat Letta meminggirkan motornya, Gevin pun ikut ke pinggir.
“Kenapa?” tanya Gevin setelah Letta menutup teleponnya.
“Lo lanjut aja duluan, Gue ada urusan.” jawab Letta.
“Urusan apa?”
“Urusan penting!”
“Okelah..”
“Ya udah, Gue duluan yaa.”
Lalu mereka berpisah tanpa mengingat banda titipan atau benda yang dititip.
Gevin berlalu untuk pulang ke rumahnya. Sedang Letta mengarahkan tujuannya ke kios bunga langganannya. Kemudian melaju ke rumah sakit umum kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Belonging Needs (COMPLETED)
Genç KurguMenceritakan tentang seorang gadis baja dengan hati sutra. Hidup ditengah keramaian, namun Ia sendiri. Membuatnya haus akan kasih, membuatnya berkeinginan untuk dimiliki. Lewat lembaga akademi dan tingkah sosial yang menjadi latar. Ditemani dengan k...