Kehilangan mengajarkan ikhlas yang sebenarnya getir, dan keterpurukan mengajarkan sabar yang sebenarnya semu.
***
Abby duduk santai diatas sofa depan televisinya, sambil mengganti chanel demi chanel yang bagus untuk ditonton. Sampai dia berhenti pada salah satu stasiun televisi yang memberitakan kematian seorang relawan di Pulau Selatan, pulau yang baru-baru ini terkena tsunami.
Wanita cantik dalam televisi itu mengatakan bahwa korban tersebut berinisial GA, dan entah kenapa Abby langsung mengingat Gevin. Yaa.. dia tau ketidakhadiran Gevin di puncak mercusuar hari itu dikarenakan Gevin yang ikut menjadi relawan untuk Pulau Selatan.
“Gevin?” gumam Abby. Kemudian dia mengeluarkan ponselnya, mengetik URL sebuah website pada keyboard. Dan mencari pokok bahasannya. Dan setelah menemukan apa yang dicarinya, dibacanya artikel tersebut.
Belum selesai membaca sampai habis, ia langsung membuka aplikasi massage dan memberikan pesan ke seseorang.
Setelah itu lelaki tersebut berlari ke kamarnya dan menarik jaket cokelat tua dari balik pintu. Kemudian melangkah cepat ke garasi dan bergegas keluar dengan kuda bajanya.
Melesat dibawah langit berawan, dengan tujuan ke sebuah rumah di daerah tanjung karimun.
20 menit perjalanan yang ditempuhnya, hingga sampailah dia di sebuah rumah sederhana dengan pintu pagar yang setengah terbuka serta sebuah motor di samping pagar tersebut. Dan saat ingin membuka lebar pagar dengan posisi masih diatas motor, tiba-tiba seseorang keluar.
“Eh.. Do, gimana? Itu betulan Gevin kita?” tanya Abby saat melihat Aldo yang keluar dari pagar itu dengan wajah mengeras.
“Lo kalau baca berita yang bener!” tukas Aldo menjawab pertanyaan Abby.
“Huh? Bukan Gevin kita yaa?”
“Tanya sendiri! Minggir Lo!” seru Aldo sambil mendorong body depan motor besar Abby.
“Huft! Syukurlah. Gue tau Lo gak akan mati gitu aja, Vin.” lega Abby ketika mendengar Aldo. Ia mengerti, dari sikap Aldo sudah menunjukkan bahwa berita yang dia baca itu salah.
“Hati-hati, Do!” teriak Abby saat menoleh ke arah motor yang terparkir disamping pagar telah melesat jauh dengan sangat kencang.
__
“Gege?” Letta menghempas napasnya.
“Ah! Syukurlah, Vin. Itu bukan Lo?” ucap Azam sambil memeluk dan menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu.
“Huh? Kenapa sih?” heran Gevin.
“Tuh! Kata tante cantik itu, si GA tewas tersengat ubur-ubur!” seru Azam antusias.
“Oh.. relawan itu?” tanya Gevin.
“Iyaa!”
“Ah! Itu kejadiannya 2 hari lalu, pas Gue turun ke laut. Reporternya aja yang telat dapat kabar.” jelas Gevin.
“Trus, inisialnya emang sama kaya kakak?” tanya Yudha.
“Inisialnya emang sama, namanya Kak Gani Andrew. Dia mahasiswa Unpaspu(Universitas Pasir Putih). Kasihanlah lihatnya, padahal masih muda, 2 tahun lebih tua dari kita.” panjang lebar Gevin didengarkan oleh seluruh orang di sana.
Sedang Letta masih bergeming di tempatnya, ia hanya memandangi lelaki itu.
“Huft! Syukurlah Lo gak kenapa-napa.” bathin Letta yang matanya masih setia memandang Gevin yang tengah bersenda gurau dengan teman-teman lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Belonging Needs (COMPLETED)
Fiksi RemajaMenceritakan tentang seorang gadis baja dengan hati sutra. Hidup ditengah keramaian, namun Ia sendiri. Membuatnya haus akan kasih, membuatnya berkeinginan untuk dimiliki. Lewat lembaga akademi dan tingkah sosial yang menjadi latar. Ditemani dengan k...