Part 4

50 4 0
                                    

Gadis kecil dari masa lalu kini bermetamorfosa menjadi kupu-kupu baja. Dengan sayap bajanya, ia terbang. Terbang dengan sangat indah, seindah hati yang di pendamnya.

***

Lobi One HS dipenuhi oleh para siswa yang akan mengikuti seminar hari itu. Sebuah bis telah menunggu di pekarangan sekolah. Letta duduk di ujung kursi tunggu sambil membaca majalah yang di sediakan disana.

“Ayoo.. Letta! Naik ke bis.” ajak Gevin

Letta tidak besuara, ia meletakkan majalah yang ia baca ke tempatnya dan kemudian mengikuti intruksi dari Gevin.

Mereka naik ke bis. Letta duduk di kursi nomor 6 di dekat jendela dan Gevin menyusul di sampingnya.

“Ini!” Gevin menyodorkan majalah yang tadi dibaca oleh Letta

Letta menatap majalah itu, kemudian melihat wajah Gevin yang tersenyum.

“Ini! Kakak tau, kamu pasti akan bosan.” Gevin meletakkan majalah tersebut di pangkuan Letta.

Kemudian Letta membuka dan kembali membaca majalah tersebut. Ia tidak perduli bagaimana cara Gevin meminjam majalah itu pada petugas lobi. Yang penting baginya, bisa melakukan sesuatu selain bercerita dengan seniornya ini.

Selama diperjalanan, Letta hanya fokus pada majalahnya. Sedangkan Gevin tenggelam dengan buku yang ia baca. Namun sesekali Letta sempat melihat keseriusan Gevin dengan kegiatannya itu.

Ditengah ketenangan bis, tiba-tiba bis merem mendadak yang mengakibatkan semua menumpang tidak bisa mengeluarkan hukum newton 1nya, termasuk Letta. Dahi gadis itu terbentur cukup keras di kursi depannya.

“Aduuh!!” seru Letta kemudian memegang dahinya yang baru saja terbentur

Gevin tertawa melihat ekspresi Letta yang lucu saat mengusap-usap dahinya.

“Hahaha.. kamu lucu. Lihat! Dahi kamu jadi merah gitu.” tawa Gevin

“Apanya yang lucu?! Ini orang emang senang lihat orang lain kesakitan!” gumam Letta

_

Sesampainya di tempat seminar, mereka turun. Letta memilih untuk turun belakangan. Gevin pun mengikuti Letta untuk turun terakhir.

“Yuk, Ta! Semuanya udah turun.” ajak Gevin setelah semua orang turun

Seperti biasa, Letta tidak menjawab dan hanya mengikuti intruksi.

Mereka memasuki gedung PMR, sudah ramai siawa-siswi dari berbagai sekolah memenuhi aula gedung. Letta dan Gevin, mereka tetap lengket berdua.

“Duduk di sini, Ta!” ajak Gevin

Dan lagi, Letta hanya mengikut intruksi.

Setelah mereka duduk, mereka mendapat berbagai macam brosur yang berhubungan dengan darah.

Darah? Letta benci akan darah. Cairan merah yang saat itu sangat dibutuhkan oleh kakaknya, tetapi tidak dapat di temukan dan akhirnya ketiadaan darah itu membuat kakaknya tiada pula. Letta termenung membayangkan kesakitan yang dirasakan kakaknya saat itu. Ia teringat saat ia berlari-lari mencari orang yang mau memberikan darah untuk kakaknya.

-

“Ibu mau memberikan darahmu untuk kakakku? Tolonglah, Bu. Kakakku sangat memerlukan darah sekarang!” pinta seorang gadis bermata cokelat pada seorang wanita paruh baya yang sedang menunggu di halte bis

“Apa golongan darah kakakmu?”

“Tidak tau. Tapi tolonglah, Bu.”

“Baiklah, ayoo!” ajak si wanita sambil menggenggam tangan gadis itu

Love and Belonging Needs (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang