Part 24

12 1 0
                                    

Keberhasilan itu lebih nikmat diceritakan dengan bumbu-bumbu kegagalan yang ikut andil mengisi.

***

Letta duduk terpekur di sudut ruang ganti di gelanggang tempat mereka mengadakan turnamen.

Dadanya sesak mengingat pertandingan yang baru saja selesai 20 menit lalu. 2 pelanggaran yang dibuatnya membawa timnya di posisi kedua. Itulah yang membuatnya hanya menyudut di sana.

"Gue gagal." gumaman itu terus saja keluar dari mulutnya.

"Ta?" panggil seseorang dari arah pintu keluar. "Ta, Lo dimana?"

Lelaki itu menyusuri ruang ganti tersebut dan akhirnya menemukan Letta yang duduk di salah satu sudut.

"Lo ngapain disini?" tanya lelaki itu.

"Gue gagal!" gumaman itu kembali terucap.

"Gagal apanya? Lo gak gagal. Juara 2 itu gak gagal Ta!"

"Gue gagal."

"Ta!" lelaki itu mengangkat kepala Letta yang menunduk di dalam lututnya. "Ta, lihat Gue!"

Letta mengangkat kepalanya tapi matanya tetap terpejam dan mengeluarkan bulir air yang akhirnya membentuk sungai kecil di pipinya.

"Ta? Buka mata Lo! Lihat Gue!"

Akhirnya Letta membuka matanya. "Gue gagal Ge. Gue gak bisa bawa kemenangan, itu yang Gue takutin Ge."

"Nggak, di posisi kedua bukan kegagalan Ta. Itu juga juara."

"Di piala dunia cuma ada 1 piala, jadi cuma ada 1 yang juara. Di posisi kedua bukan juara." tangis Letta pecah, dia benar-benar merasa kecewa dengan dirinya.

Gevin yang tidak tega melihat isakan Letta akhirnya membawa gadis itu dalam dekapannya. "Walaupun bukan juara, bukan berarti itu gagalkan?" ucap Gevin sambil mengelus punggung Letta.

"Udah, Ta. Lo udah ngelakuin yang terbaik." Gevin terus menenangkan Letta dengan kalimat-kalimat motivasinya. Dan sampai akhirnya gadis itu merasa tenang dan nyaman, karena kegagalannya kali ini ada yang menyemangati.

___

"Taa.. Lo hebat." Nia dan beberapa anggota tim lainnya menghampiri Letta yang baru saja keluar dari ruang ganti bersama Gevin.

"Tapi kita nggak juara." jawab Letta sedikit serak, sisa tangisnya tadi.

"Yaa.. walaupun kita gak dapat piala besar itu, yang penting bisa dapat kebersamaan ini lagi." ucap Nia, "Makasih ya kak Gevin, udah bawa Letta lagi ke futsal."

"Jadi Lo gak pramuka lagi, Ta?" tanya Nesha yang juga ada di antara tim futsal itu.

"Ambil 2 ekskul, boleh kan?" tanya Letta dan disambut pelukan oleh sahabatnya itu. "Ah.. Letta. Lo hebat."

"Kami boleh ikut pelukan kan?" tanya Nia sambil nyengir.

"Boleh dong." jawab Letta dan Nesha berbarengan.

Akhirnya para gadis itu haru dalam pelukan, senyum terukir di wajah mereka, pun detak jantung mereka berdentam seirama dan menghasilkan harmoni yang menenangkan.

Sedang Gevin yang hanya berdiri mematung sambil melihat para gadis itu berpelukan hanya bisa tersenyum getir. "Kakak ikutan yaa.." ucap Gevin.

Tapi baru saja hendak melakukan aksinya, tiba-tiba sebuah tangan memukul bahunya. "Keenakan Lo yaa.."

"Ih! Apaan sih Lo?! Ganggu aja." gerutu Gevin saat melihat Azam yang berdiri berkacak pinggang melihatnya.

"Gue cariin kemana-mana. Lo yang ngajakin Gue, malah Gue ditinggalin! Lagian ngapain Lo disini? Mau ikutan pelukan sama para ledies ini? Ah Lo, Vin. Kenapa gak ngajak Gue?"

Love and Belonging Needs (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang