“jangan menjadi lemah, karena hidup dalam kelemahan hanya akan menjadi beban lahir bathin.”
***
“Nona Letta?” seruan hangat datang dari luar pintu kayu bercat putih yang telah kusam.
Tiba-tiba pintu terbuka dan menimbulkan suara decitan yang memecah keheningan pagi itu. Seorang gadis berseragam sekolah yang terbalut jaket army muncul dari balik pintu.
“Mam udah pulang, Bik Na?” kalimat biasa yang hampir setiap hari ia pertanyakan
“Jam 5 tadi baru pulang, mungkin sekarang lagi tidur.” jawab wanita paruh baya yang diketahui adalah Bik Na
Bik Na adalah pembantu rumah tangga keluarga Ramiro. Ini adalah tahun kedua ia merawat Letta lagi setelah Letta tidak tinggal di rumah megah itu.
Lima tahun yang lalu, keluarga ini pecah, dan mengakibatkan anak perempuan satu-satu mereka yaitu Letta terpaksa ikut dengan ayahnya dan tinggal di luar negri. Setelah saat itu, Bik Na tidak lagi merawat Letta.
“Hhmm.. yaa udah, Aku pergi dulu.”
“Sarapan dulu, Nona?”
“Makan di luar aja.” jawab Letta, singkat kemudian berlalu meninggalkan Bik Na
“Oo.. iya. Nyonya titip uang untuk Nona.” ujar Bik Na sambil menyodorkan 5 lembar uang seratus ribu rupiah
Seketika Letta menatap uang yang ada dihadapannya itu.
“Hhmm.. nggak usah. Uangku masih ada kok.” jawab Letta kemudian benar-benar berlalu meninggalkan wanita paruh baya itu
_
Mendung, adalah keadaan pagi itu. Di sela-sela kegelapan, scooter putih menembus jalan Tanjung Karimun yang masih basah oleh hujan tadi malam. Letta, dialah pengendaranya.
Jalan Tanjung Karimun, jalan yang mengingatkannya pada kenangan 7 tahun yang lalu. Kenangan yang membuatnya jadi seperti ini. Menjadi Letta yang berbeda.
-
“Ayoo.. Tataa! Berlari lebih kencang!” teriak seorang remaja lelaki yang berdiri di bahu jalan, sedang menanti seorang gadis kecil yang tengah berlari kearahnya
“Aku ini kuat, Kak!” seru gadis itu setelah sampai di hadapan si remaja
Remaja itu tersenyum memandang gadis kecil dihadapannya. Gadis bermata cokelat yang sedang mengatur nafas dengan peluh di keningnya.
“Iyaa.. kamu kuat!” ujar si remaja sambil mengusap keringat yang mengalir di pelipis adiknya itu.
“Kalau Tata kuat, Kakak juga harus kuat!”
“Kekuatan Kakak, ada pada diri Kamu. Jadi, tolong dijaga yaa.” pinta si remaja penuh pengharapan
“Nggak, Kak. Kekuatan itu ada pada diri kita masing-masing.” ucapan gadis itu membuat si remaja iersenyum
“Dengar yaa, Tata. Kakak juga punya kekuatan, mungkin lebih besar dari kamu. Tapi Kakak mau pergi ke suatu tempat dulu. Jadi Kakak mau titipkan kekuatan Kakak ke kamu. Supaya kekuatan Kakak nggak hilang.” jelas si remaja
“Yaa.. udah, Kakak bawa aja kekuatannya Kakak, supaya nggak ada yang jahatin Kakak. Lagian, Kakak mau kemana?”
“Hhmm... Kakak mau pergi ke suatu tempat yang tidak memerlukan kekuatan, tetapi memerlukan kebaikan. Karna itu adalah tempat yang baik, bukan tempat yang kuat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Belonging Needs (COMPLETED)
Teen FictionMenceritakan tentang seorang gadis baja dengan hati sutra. Hidup ditengah keramaian, namun Ia sendiri. Membuatnya haus akan kasih, membuatnya berkeinginan untuk dimiliki. Lewat lembaga akademi dan tingkah sosial yang menjadi latar. Ditemani dengan k...