Dan kembali dipisahkan oleh jarak dan waktu. Di sana berjanji akan segera pulang, dan di sini setia pada kata ‘menunggu’.
***
Frame dengan foto seorang wanita dengan toga yang menempel di kepalanya menghiasi kamar dengan dominasi cat berwarna hijau muda itu.
Seorang wanita keluar dari kamar mandi sambil mengacak rambutnya dengan handuk.
Dan dari pintu keluar, suara ketukan membawa langkah wanita itu untuk membuka.
“Yaa?” ucap wanita itu.
“Makanannya udah siap, ayo turun!” ajak seorang wanita paruh baya yang masih tampak anggun.
“Iyaa. Makasih Mam.” jawab wanita itu dengan senyumnya.
Letta, dialah wanita itu. Wanita yang mengacak rambutnya dengan handuk.
Dan senyuman itu ia berikan kepada sang ibu, kasih sayang ibu yang baru benar- benar ia rasakan dalam 9 tahun ini.
Sebulan setelah Gevin berangkat ke Aloe, Letta dihadapkan dengan perkelahian ibunya dengan calon ayah barunya. Calon ayah baru yang ternyata hanya menginginkan harta sang ibu. Itu membuat ibunya terpukul dan berhenti mempercayai laki-laki.
“Kalau kamu menikah nanti, carilah lelaki yang berani bertanggung jawab untuk kamu! Setia bukan karna uang atau karna suatu sebab, tapi karna saling percaya. Ingat itu!” wejangan sang ibu setelah bangkit dari keterpurukan masih diingat oleh Letta.
Entah kenapa saat itu, remuk redam yang dirasakan sang ibu mampu membuat ia ikut merintih. Membuat rasa uncare terhadap keluarganya terlebih lagi pada ibunya berubah mencari rasa care yang memang sudah ada tapi terikat oleh kurangnya kasih sayang.
Dan kini, ia dan ibunya disini. Tanpa ayah? Tak masalah. Juga Bik Na, yang masih setia pada keluarganya.
Dan rumah, kini mereka tidak tinggal di rumah mewah dengan pagar hitam yang tinggi lagi. Ibu Letta kasihan pada Bik Na yang harus membersihkan rumah dengan 2 lantai itu. Bik Na mungkin sudah tua, tapi semangatnya masih dara muda.
“Ini mah sama aja, Bik Na kan capek juga kalau bersihin halaman yang luas ini.” ucap Letta pada ibunya saat mereka baru tiba di rumah sederhana dengan halaman yang cukup luas.
“Yaah.. gak apalah ya Bik Na? Biar cucu Mam nanti bisa main dengan leluasa.” jawab sang ibu sambil melirik anaknya itu.
“Eh! Masih lama.” jawab Letta saat tau apa yang dimaksudkan ibunya itu.
Dan pekerjaan ibunya. Sang ibu masih seorang pengusaha, tapi tidak sesukses dulu. Ibunya memegang satu anak perusahaan dan sisa cabang perusahaannya yang lain diinvestasikan untuk hari tuanya, dan untuk masa depan cucu yang belum tampak.
Sejak kejadian itu, sang ibu banyak berubah.
Setelah pulang dari kantor, ia menyempatkan membuat makan malam untuk Letta. Seperti saat ini, mereka tengah makan malam bersama.
“Oh ya Ta. Tuh, dari Nesha.” ucap sang ibu sambil menunjuk sesuatu dari meja bar yang tidak jauh dari bangku Letta.
Letta menggapai benda tersebut. Sebuah undangan bercorak bunga berwarna marun dengan tulisan,
Nesha & Azam
Letta tersenyum melihat undangan tersebut. Mengingat hubungan antara teman dan mantan kakak kelasnya dulu yang mulai terjalin setelah turun dari gunung 9 tahun silam.
Dan kini, mereka sampai pada pintu untuk menuju bahtera rumah tangga.
“Kamu kapan? Jangan bilang ‘masih lama’ lagi!” seru sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Belonging Needs (COMPLETED)
Подростковая литератураMenceritakan tentang seorang gadis baja dengan hati sutra. Hidup ditengah keramaian, namun Ia sendiri. Membuatnya haus akan kasih, membuatnya berkeinginan untuk dimiliki. Lewat lembaga akademi dan tingkah sosial yang menjadi latar. Ditemani dengan k...