Part 5

62 2 0
                                    

“Kini, kebersamaan merasuk dalam jiwa yang kuat itu. Menjadi air yang memadamkan api kesunyian yang telah lama membara dalam hati yang sebenarnya rapuh.”

***


Sesuai instruksi yang telah diberikan, semua anggota berkumpul melingkari api unggun. Sebagaimana harusnya, mereka mengenakan pakaian pramuka lengkap.

Letta dan Nesha, kali ini mereka tidak bersama karena terpisah oleh tingkatan. Nesha akan mengikuti pelantikan tingkat Bantara yang sebentar lagi akan di taruh di pundaknya. Sedangkan Letta hanya mengikuti sebagai anggota baru.

Kata sambutan dari pembina pramuka menjadi awal kegiatan malam itu. Lalu mereka diberikan daftar kegiatan mereka.

Dimulai dari renungan malam, tes mental yaitu menelusuri hutan, tes kekompakan persangga, dan terakhir barulah pelantikan yang sebenarnya.

Setelah mereka diizinkan untuk tidur sebentar dan dilanjutkan dengan renungan malam, barulah pada pukul 02.00 dini hari mereka harus menelusuri hutan sejauh lebih kurang 10 KM.

“Lo kuat’kan, Ta? Kalau Gue sih kuat, karna tahun lalu Gue udah pernah kaya gini.” ucap Nesha disela-sela perjalanan.

Letta hanya memandang datar ke arah Nesha. Seakan menyatakan bahwa dia lebih kuat.

“Iya..Iyaa. Gue tau Lo kuat.” balas Nesha setelah melihat tatapan sahabatnya itu

“Letta?” panggil Gevin dari arah belakang

Letta dan Nesha sama-sama melihat kearah suara

“Kalau kamu kecapekan, bilang yaa! Takutnya kamu pingsan lagi.” ucap Gevin penuh perhatian

“Gak kok Kak! Saya gak akan pingsan! Terima kasih atas perhatiannya.” ucap Letta, tegas. Kemudian berbalik meninggalkan Gevin.

“Duluan yaa, Kak.” ucap Nesha sebelum menyusul Letta

Gevin tersenyum melihat punggung Letta yang kian menjauh. Ia tau, gadis itu pasti bisa.

Area Perkemahan sang Nila memang terletak di alam terbuka, wajar saja hutannya masih asri dan sangat luas. Dataran miring dan jurang adalah hal biasa di tempat itu.

Sebelum memulai perjalanan, Gauri menitipkan buku catatan kecil kepada Letta. Buku dengan sampul kuning terang yang lumayan tebal.

“Catatan penting. Jangan sampai hilang!” begitulah jawaban Gauri saat Letta bertanya catatan apa itu.

“Kalau penting kenapa dibawa, Kak?” tanya Letta

“Gak usah banyak tanya. Pokoknya jangan sampai hilang. Saya percaya sama kamu.” jawab Gauri dengan raut ‘yakin’

Pukul 03.30 mereka telah menempuh setengah perjalanan. Perjalanan yang cukup melelahkan. Perjalanan mereka ini cukup panjang. Sebenarnya mereka tidak menelusuri jalan lurus, tapi memutar. AP. Sang Nila ini terletak di kaki bukit, namanya bukit Nila. Jadi para petualang akan memutar atau bahkan mendaki bukit itu. Bukitnya yang cukup panjang dan cukup tinggi. Sesuailah untuk petualang-petualang seperti mereka.

Disela-sela perjalanan, Gauri meminta kembali buku catatan yang ia titipkan kepada Letta.

“Yaa.. ampun! Dimana yaa catatannya tadi?” tanya Letta pada dirinya sendiri

“Kamu gimana sih! Saya percaya sama kamu!” jawab Gauri penuh amarah yang di tahannya karena takut bila didengar oleh anggota lain

“Kayanya tercecer. Biar saya cari, mungkin gak jauh dari sini.” ucap Letta dengan raut bersalah tapi berusaha agar tetap tenang

Love and Belonging Needs (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang