Ketika aku terbangun di pagi hari. Tak pernah ku pikirkan bahwa sesuatu hal yang tak terduga akan terjadi. Entah hal yang menyenangkan atau mungkin sebaliknya.
***
Fisika, adalah pelajaran pembuka pagi ini. Bu Marta adalah gurunya. Bu Marta bukan tipe guru killer nan menakutkan, guru fisika yang satu ini adalah guru yang friendly, kocak, dan alay. Sifat itulah yang membuat siswa-siswanya tidak bosan jika pelajarannya berlangsung.
“Kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk energi lainnya. Sama seperti hukum Cinta, bahwa cinta tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tetapi dapat berubah dari satu bentuk kebersamaan ke bentuk kenyamanan.” Bu Marta menjelaskan materi tentang Kekekalan energi dan memasukkan unsur cinta di dalamnya.
“Asiik!!” seru seluruh siswa yang ada di kelas 2 IPA 2 itu sambil tergelak.
Yaa.. begitulah cara Bu Marta mengajarkan materi ke siswa-siswanya. Tidak semuanya ia fokuskan pada titik ilmu fisika yang membuat semua siswanya mengantuk, ia juga akan memasukkan makna kehidupan yang sangat melekat kuat pada fisika.
“Jadi, kalian jangan salah. Bagian dari dalam hidup kita, dari tubuh kita sendiri atau lingkungan di sekitar kita itu semua mencakup ilmu fisika. Tapi kita aja yang kurang menyadari.” jelas Bu Marta lagi.
“Baiklah, sekarang kalian kerjakan Uji Kompetensi nomor 1 sampai 3 saja. Ibu mau keluar dulu. Setelah selesai, letak bukunya di meja ibu yaa!” sambung Bu Marta.
“Yeeyy! Makasih Buu..” geger seluruh kelas.
“Saja, Bu! Soalnya sih cuma tiga. Tapi malah beranak-pinak. Sama aja, soalnya jadi 10.” gumam Nesha setelah Bu Marta keluar kelas, kemudian melihat temannya yang sudah tertunduk di mejanya.
“Lo kenapa, Ta? Pusing?” tanya Nesha khawatir.
“Hhmm..” Letta mendongka melihat Nesha yang sudah memasang wajah cemas.
“Lo pucat!”
Letta tidak merespon, kemudian ia berdiri dan keluar kelas.“Lo mau kemana?”
“UKS.”
“Perlu Gue temenin?”
Letta melambaikan tangannya, menyatakan “Tidak usah”__
Sepi, itulah suasana UKS saat itu. Letta melangkah masuk dan membuka lemari kaca untuk mengambil minyak angin. Saat tengah sibuk memijat-mijat dahinya dengan olesan minyak angin itu, tiba-tiba seseorang masuk ke UKS. Ada dua orang, salah satu orang itu sepertinya terluka, dan satunya membopong si yang terluka. Sedang Letta acuh tak acuh ingin melenggang keluar dari UKS, tiba-tiba…
“Eh.. tunggu dulu! Bantuin dulu dong ini orang!” seru si pembopong.
“Gue bukan petugasnya!” balas Letta
“Yaa, tolongin aja lah. Ini orang lagi luka-luka, Lo gak mau bantuin?!”
Entah kenapa hati gadis itu terasa lunak, Letta pun akhirnya menolong si yang luka-luka itu dan membiarkan si pembopong tadi pergi entah kemana. Saat ia melihat wajah orang itu..
“Gevin? Eh.. maksudnya, Kak Gevin?” Letta kaget melihat orang yang luka-luka tersebut.
“Adu duh.. gak usah kaget dulu. Sakit tau ini.” balas Gevin saat tubuhnya sudah berpindah tangan dibopong oleh Letta.
Sedang Letta tidak menjawab, tapi
sebenarnya gadis itu ingin bertanya apa yang sudah terjadi, namun diurungkannya karena merasa tidak ingin perduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Belonging Needs (COMPLETED)
Ficção AdolescenteMenceritakan tentang seorang gadis baja dengan hati sutra. Hidup ditengah keramaian, namun Ia sendiri. Membuatnya haus akan kasih, membuatnya berkeinginan untuk dimiliki. Lewat lembaga akademi dan tingkah sosial yang menjadi latar. Ditemani dengan k...