Part 23

9 2 0
                                    

Bola menggelinding mengikuti bidang miring, atau adanya sebuah gaya. Seperti bola, hati pun begitu.

***

Pagi yang cukup cerah, tidak terlalu mendung dan tidak terlalu panas. Lapangan One HS ramai dipenuhi oleh para siswa yang duduk kelelahan di tengah pun di sudut lapangan.

Dan disalah satu sudut, terlihat Letta duduk bersama Nesha yang sedang mengusap keringat mereka dengan handuk kecil.

“Taa? Gue kok jadi gak enak ya sama Nia?” ucap Nesha di sela-sela membersihkan pelipisnya.

“Nggak enak kenapa?” tanya Letta yang langsung menoleh saat mendengar ucapan sahabatnya itu.

“Gara-gara Gue ngajak Lo masuk pramuka, Lo jadi keluar tim futsal.”

“Itukan kemauan Gue. Lagian Gue juga bosan mainin bola terus. Kasian bolanya, pasti sakit karna dioper terus.”

Alis Nesha menekuk kedalam saat mendengar ucapan Letta. “Lo sekarang bisa bercanda yaa, Taa.”

“Huh?”

Ahh… Lettaaa.. Gue sukaa..” ucap Nesha langsung memeluk sahabatnya itu.

Sedang Letta tak membalas pun tak menolak. Namun ada sebercak senyum di bibir gadis itu.

Lalu tiba-tiba pelukan Nesha lepas saat seseorang datang menghampiri mereka berdua.

“Taa?” ucap orang itu.

Letta menoleh dan melihat gadis yang memanggilnya. Lalu Letta tersenyum, “Tuh kan, kalian bisa tanpa Gue.”

“Nggak! Kami gak bisa tanpa Lo!” ucap gadis yang tenyata Nia. “Kami tetap butuh Lo Ta, mau inti ataupun cadangan. Kami tetap butuh Lo.”

Lho, kenapa? Lihat sekarang, kalian bisa’kan tanpa Gue. Buktinya kalian bisa sampai final.”

“Iyaa. Awalnya, saat kami bisa sampai final tanpa adanya Lo, Gue bangga. Gue pengen buktiin ke Lo, kalau kami gak manfaatin Lo, kami juga bisa tanpa Lo. Tapi setelah itu, kesombongan Gue itu kena karma.” jelas Nia kemudian gadis itu menunduk, lalu menaikkan celana trainingnya dan memperlihatkan perban yang membalut pergelangan kakinya.

Letta tertegun melihatnya.

“Taa? Gue mohon sama Lo…”

“Kapan?” tanya Letta, memutus ucapan Nia.

“Minggu ini.”

“Hah? Minggu ini? Mana sempat Gue latihan cuma 2 hari. Gue gak bisa, Gue gak mau ambil resiko kalah. Lebih baik minta bantuan tingkat 1!” ucap Letta kemudian bangkit dari duduknya. Disusul Nesha yang sedari tadi hanya diam.

“Taa? Lo pasti bisa. Gue yakin Lo bisa Ta, 2 hari pasti cukup buat Lo! Kaya waktu turnamen gelanggang tahun lalu, Lo cuma latihan sehari. Jadi, Lo pasti bisa Taa.”

“Nggak! Gue gak mau!” tukas Letta kemudian berbalik meninggalkan Nia, disusul Nesha.

“Lo pasti bisa, Taa!” teriak Nia pada punggung Letta yang menjauh.

Letta berjalan cepat disusul Nesha yang mencoba menyamakan langkah. Lalu tiba-tiba Letta bertabrakan dengan bahu keras dan membuatnya hampir terjatuh dan untunglah Nesha sigap menangkapnya dibelakang.

“Taa? Gak apa’kan?” tanya orang yang ditabrak Letta.

Namun gadis itu tak menggubris, dan hanya berlalu meninggalkan lelaki yang tertabrak olehnya itu.

Love and Belonging Needs (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang