Prolog

26.1K 1.2K 25
                                    

Pernahkah hidup seseorang tak tersentuh akan pilihan? mustahil. Hidup adalah pilihan, begitu juga hati. Meski sampai saat ini, hati masih terlalu sering berdebat dengan pikiran yang terkadang punya opini berbeda. Mereka selalu seperti itu, jarang akur dan tetap kaku dengan pilihan masing-masing.

Bagaimana nasib tuannya? bingung, sudah pasti. Semuanya jadi semakin rumit saat orang lain mulai membagi opini mereka, memaparkan fakta, mengurai resiko, dan menjelaskan hal lain yang mengubah 'pilihan' seolah menjadi suatu hal yang sulit.  Lebih sulit berkali lipat dibandingkan pada aslinya.

Pilihan adalah suatu hal mudah, sekiranya itu adalah pendapatku sebelum sesuatu berhasil mengubahnya. Dia, orang itu yang dengan lancang membuatku menjadi berfikir sebaliknya. Pilihan ternyata memang berat, karena dengan dia aku bahkan harus berfikir keras untuk tidak salah mengambil pilihan. Lucu, bahkan sebelum aku memilihnya dia telah berhasil mengubah sisi lain dalam kehidupanku. Pikiranku tersentuh, untung belum hati.

Bicara soal hati, ada sesuatu yang sampai saat ini masih menjadi ragu. Semua orang memang tidak akan mengerti, karena mereka juga tidak di posisiku saat itu. Perlu kau tau, aku punya sisi lain yang menakutkan, yang aku takuti bisa menyakiti siapapun kapan saja. Maka dari itu kumohon segera menjauhlah, sebab aku tidak mau sisi lainku melukaimu, orang yang sepertinya memang sudah dijadikan pilihan oleh hatiku yang bahkan tidak berniat membicarakan terlebih dulu dengan logika. Egois.

***

"Boleh nggak gue bilang, kalau gue sayang sama dia?"

"Boleh nggak gue juga ikut bilang, kalau gue sayang sama lo?"

***

Mari hati, saatnya kita mundur dan menuruti saran logika yang memang sejak dulu menyuruh berhenti. Jangan memaksakan sesuatu yang membuatmu sakit. Kau terlalu rapuh, bagianmu terlalu mudah dilukai meski hanya dengan ujung peniti. Jadi, tolong jangan egois dengan tidak lagi mengikuti logika. Bertindaklah tegas dan segera tentukan pilihan terbaik.

***

"Siapa yang lo pilih?"

"Dari awal, gue nggak pernah milih siapapun."

"Jangan jadi pengecut, Cell."

"Fine, dari awal gue emang milih buat nggak jadiin dia sebagai pilihan."

"Kenapa?"

"Karena menurut gue, dia cuma satu-satunya."

"Oke kalau itu pilihan lo, yang jelas gue akan tetep milih dia."

***

See? lagi-lagi hati tetap bersikeras untuk menang, dan dengan bodohnya ragaku justru mengikuti tindakan egois yang kuyakini akan membawa sakit hati. Kenapa? karena aku sedang mencintai orang yang entah mencintai siapa.

.

.

Untuk siapapun diujung sana, menurutmu siapa yang harus kuikuti? hati yang berkata maju atau logika yang menyarankan untuk berhenti sampai disini saja?

~SELEZIONE~

SELEZIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang