Hati-hati, sekali gue suka,
gue bakal sulit ngelupain.-M
Sampai di basement apartemen Meika, gadis itu langsung turun dari motor Gazza tanpa mengucapkan apa-apa. Ia yang awalnya berlari menuju lift seketika berhenti mendadak saat mengingat sesuatu.
"Gazza!! gue lupa kalau kesini sama lo, cepetan!! lo jalan apa ngesot, lama bener."
"Berisik!"
"Yee, udah untung gue masih inget, ayo cepetan."
Gazza yang mendengar gadis itu terus mengomel hanya memutar bola mata malas dan berjalan semakin pelan. Ia tau bagaimana Seva, dituruti atau tidak kata-katanya, mulut itu akan tetap bergerak tanpa henti. Bukankah dia terlalu boros pita suara?
"Jalan kok lemot banget, kaki itu dipake buat latihan pergi kemana-mana, lihat tuh diluar sana banyak orang yang pengen bisa jalan. Situ dikasih kaki buat jalan malah dilemot-lemo...pffttttt." ucapan gadis itu terpotong saat Gazza dengan gemas menyumpalkan tisu miliknya ke mulut Seva.
"Ih jorok, ini bekas apa?"
"Ingus."
"Ih Gazzaaaaaaa, nggak mauuuuu."
"Serah." jawab Gazza tidak peduli dan berhenti tepat di depan pintu apartemen Meika yang bewarna silver.
Ting tong
Pintu itu terbuka, menampilkan Nadia yang sedang menguncir rambut dengan mulut yang sibuk mengunyah sesuatu, sepertinya mangga. Gazza yang awalnya masih diam di depan pintu akhirnya masuk mengikuti Seva ke dalam ruangan yang sudah pernah ia kunjungi sebelumnya. Ia terdiam lalu menoleh ke arah pintu kamar yang dibuka oleh Lauren dari dalam.
"Gazza?"
"Rennnnn, Meika gimana?"
"Dia nggak mau makan." jawab gadis itu membuat Seva akhirnya berjalan ke dapur untuk mengambil sesuatu.
Ia memanaskan bubur yang tadi sempat dibelinya bersama Gazza lalu berjalan ke arah lain untuk mengambil segelas air dan beberapa obat. Sesuai dugaannya, gadis itu tidak akan mood makan.
"Biar gue aja."
Seva mengangguk dan menyerahkan nampan yang dibawanya kepada Gazza. Ia tersenyum menatap punggung itu menjauh, sepertinya Seva telah paham apa yang sedang terjadi.
Ada sesuatu yang membuat keduanya ragu. Sedangkan masing-masing diantara mereka bahkan telah menentukan pilihannya sendiri sejak awal. Hanya saja, mereka terlalu ragu mencapai tempat tujuan itu dengan kendaraan yang telah disediakan dan justru sibuk mencari kendaraan lain yang bahkan menambah rumit keadaan.
Segala sesuatu itu sederhana, manusia yang membuatnya rumit. Segala hal dapat diselesaikan dengan mudah, manusia yang membuatnya sulit. Itulah hidup, seperti halnya hati, segala hal mengenai hati tidak sesulit yang terlihat oleh mata, hanya saja manusia sendiri yang membuatnya bahkan lebih rumit dari sekedar pelajaran matematika 4 rumus.
"Lauren," Seva memanggil gadis berambut pirang yang saat ini sedang menoleh ke arahnya dengan tatapan bertanya.
"Sabar ya, masih ada yang bingung."
"Ha?" tanya gadis itu semakin tidak mengerti.
"Ha he ho, tau ah."
Seva berbalik dan mengambil beberapa camilan sebelum menyusul Nadia yang sedang menonton film di ruang TV. Sedangkan Lauren, gadis itu masih sibuk dengan game online di ponsel Meika yang tadi dia bawa dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELEZIONE
Teen FictionAku mencintainya, itu sederhana. Tapi satu yang membuatnya rumit, aku terlalu takut untuk menerima hal yang berakhir dengan sakit hati. Pun aku terlalu ragu dan justru berjalan mundur memberi peluang. Memberi kesempatan orang lain untuk ikut memili...