Mulai sekarang, duduklah bersamaku dengan impian. Biar kuceritakan segala hal yang kau mau kecuali perpisahan.
-M
"Dulu gue kira gitu, ternyata nggak."
Bugg
Marcell yang saat itu sedang emosi tidak lagi menoleransi Gazza kali ini. Tinjuannya langsung melayang hingga membuat cowok dingin itu terhuyung beberapa langkah ke belakang. Sedangkan Seva, ia sudah berteriak dan berusaha untuk mendorong Marcell menjauhi Gazza. Bukannya balas meninju, Gazza justru mendengus geli sambil mengamati sahabatnya yang saat ini sedang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras.
"Lo sayang dia kan?" tanya Gazza membuat Marcell terdiam dengan pandangan lurus ke arahnya.
"Nggak."
"Lo sayang sama dia."
"Dia sayang sama lo!" sentak Marcell menelisik jauh di dalam kedua manik mata Gazza dan sedikit terhenyak saat ia memang tidak menemukan Lauren di dalam sana.
"Satu kelemahan gue Cell, gue nggak bisa baca mata lo."
"Sama, gue juga bingung, sebenernya siapa yang lo suka sih? lo nggak pernah kebaca, mata lo kayak ada apanya gitu Cell." saut Seva yang saat ini ikut menengahi kedua sahabat cowoknya itu.
"Jangan ubah topik!"
"Sorry."
"Lo brengsek, Za." ucap Marcell mendekati Gazza tanpa mendengarkan Seva yang sudah panik.
"Kalau lo sayang, kenapa lo pilih dia?!"
"Gue bingung!!"
"Gue udah bilang kalau nggak yakin nggak usah milih!!"
"Sorry."
"Kenapa lo nggak sayang dia?" tanya Marcell yang saat ini sudah menarik kerah Gazza dengan pandangan tajam.
"Gue sayang sama Meika."
Bug
"Kalau dia udah sayang lo gimana?!"
"Gue nggak tau."
Bug
"MARCELL STOP!!!!" teriak Seva lagi dan menarik narik baju cowok itu agar menghentikan aksinya, apalagi saat melihat hidung Gazza mulai mengeluarkan cairan merah.
"Lo suka sama dia?" tanya Gazza mengusap kasar darah itu sebelum mendorong dada Marcell untuk membawanya kembali ke teras samping.
Mereka duduk bertiga di sana sambil menikmati bau harum tanah basah yang menenangkan. Gazza menoleh ke arah cowok di sampingnya dengan satu alis terangkat. Rasa nyeri itu masih terasa sampai sekarang. Tapi entah kenapa ada perasaan lega saat melihat Marcell mulai kembali menyentuhnya meski harus dengan cara memukul.
"Lo suka kan sama dia?"
"Lo udah pilih dia, Za. Lo nggak boleh berhenti gitu aja." ucap Marcell berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Cell, kalau dia paksa perasaan buat suka sama Lauren itu justru bikin Lauren sakit hati. Gini deh Za, selama lo deket sama dia, gimana perasaan lo?"
"Biasa aja, gue kayak lagi jagain A.."
"Stop!"
"Okay Za, jangan ungkit dia lagi di obrolan kita." imbuh Seva saat melihat Marcell semakin mengeraskan rahangnya.
Nama itu.
"Tanya diri lo dulu, Cell!"
"Za."

KAMU SEDANG MEMBACA
SELEZIONE
Teen FictionAku mencintainya, itu sederhana. Tapi satu yang membuatnya rumit, aku terlalu takut untuk menerima hal yang berakhir dengan sakit hati. Pun aku terlalu ragu dan justru berjalan mundur memberi peluang. Memberi kesempatan orang lain untuk ikut memili...