#2 Bahagia

10.9K 653 24
                                    

Mereka tidak akan tau
saat dimana kita bahagia atau sedang pura-pura bahagia.

-Kita

"Lauren!!"

Langkahnya yang semula cepat langsung berhenti seiring dengan gerakan gadis itu menolehkan kepalanya ke asal suara.

Dilihatnya gadis berambut coklat dengan ujung pirang seolah diombre sedang berlari ke arahnya dengan senyum lebar yang selalu hadir disetiap menit. Sangat bertolak belakang dengan seorang gadis lain bermata kelabu yang berjalan di belakangnya dengan muka mengantuk, sepertinya dia begadang lagi.

Disini mereka bertiga sekarang berada, berdiri di depan warung belakang sekolah yang bersebelahan dengan jalan rahasia. Lebih tepatnya jalan untuk masuk ke lingkungan sekolah ketika mereka sudah terlambat.

"Jabang anak, kalian bertiga telat lagi? kalian nggak kapok apa ya dikejar Bu Mia terus-terusan?"

"Ya sapa suruh sekolah masuk pagi banget, nggak tau apa gue mandinya lama." ucap gadis berambut ombre yang saat ini sudah mencari posisi duduk diikuti kedua temannya.

"Lah lah lahhh, ini kenapa malah pada duduk? udah sana masuk."

"Mau sarapan, emangnya bibi nggak mau dapet rezeki pagi-pagi?"

"Eitt, kagak ada lagi ya Lauren. Sekarang cepetan masuk atau biar bibi yang bilang ke satpam kalau pintu rahasia kalian ada disini?"

"Aelah, ya udah ayo." putus Meika, gadis berambut panjang bewarna coklat gelap yang saat ini sudah bangkit untuk bersiap memanjat tangga kayu yang selalu setia berdiri di tempatnya.

Tanpa banyak alasan lagi, mereka berdua akhirnya menyusul dan bergantian untuk memanjat sebuah tangga demi sampai di seberang sana. Bukannya takut akan ancaman Bi Indun si pemilik warung, mereka hanya malas jika harus mencari pintu rahasia lain jika sewaktu-waktu telat.
Sebenarnya bukan sewaktu-waktu, karena mereka memang hampir setiap hari terlambat datang ke sekolah.

SMA Sentra, sekolah swasta yang bertaraf internasional ini memang menerima beberapa murid dari luar negeri seperti mereka bertiga. Alhasil jam sekolah pun juga disesuaikan dengan jadwal sekolah internasional lain, namun sayangnya jam 06.30 merupakan kutukan bagi mereka yang memiliki gaya gravitasi besar pada tempat tidur.

"Dasar bocah-bocah badung, nggak kasian apa orang tua mereka bayar mahal-mahal kalau anaknya kerjaannya cuma manjat tangga mulu tiap pagi? nggak ngerti lagi deh saya." gumam Bi Indun yang sudah kembali memusatkan perhatian pada penggorengan di depannya.

"Lauren masih denger Bi!!!"

"Lauren diem, ada Bu Mia." panik Nadia yang saat ini sudah menarik tangan gadis itu untuk bersembunyi.

Mereka bertiga sempat mengintip sebentar dan kembali menunduk dalam-dalam saat Bu Mia memicingkan mata ke asal suara yang datang dari tumpukan bangku usang di samping gudang.

"Siapa disana?!"

"Hantu."

"Astaga, saya nggak seleh denger kan, tapi mana ada hantu ngaku?" ucap wanita berambut kriting itu bergidik ngeri dan segera berlalu pergi.

Melihat targetnya sudah kabur, ketiga gadis itu bangkit dan menepuk rok mereka untuk membersihkannya dari debu. Mengambil tas masing-masing lalu menyampirkannya asal di salah satu pundak bersiap menuju kelas.

Baru saja beberapa langkah, gerakan mereka langsung terhenti ketika melihat Bu Mia sudah berdiri tegak dengan gagang kacamata di hidungnya yang sangat mancung,ke dalam.

SELEZIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang