Hujan sore ini derasnya memang nggak seberapa, tapi basahnya menyeluruh. Sama kayak kamu, yang hadir nggak begitu lama, tapi kenangannya mengendap penuh.
-M
Petikan gitar di samping rumah masih sayup-sayup terdengar meski hujan sedang ingin datang bersama suara guntur. Dikursi santai dari kayu jati yang menghadap halaman itulah dia duduk. Memetik gitar dengan gumaman kecil seakan sedang menidurkan dua anjing bewarna putih di sampingnya.
Bola mata yang biasanya menatap datar berubah menjadi sendu. Manik hijaunya bergerak sekilas ke arah dua hewan yang sedang bergelung mencari kehangatan itu sebelum kembali lagi menatap rintik hujan. Ia tidak menyukai hujan, karena hujan adalah saksi bisu dimana kesedihan itu dimulai, dimana tangisnya pecah ketika mendengar penjelasan dari seseorang bahwa orang itu telah pergi. Meninggalkan dia tanpa ucapan selamat tinggal.
Ia paham bahwa setiap pertemuan pasti akan berakhir dengan kata pisah. Tapi bukankah itu terlalu cepat? disaat dulu dia belum mengetahui apa-apa, disaat umurnya masih bisa dibilang belia, justru orang yang selalu ia jaga pergi tanpa mengucapkan apa-apa. Hanya kenangan bersama gadis itu yang masih Marcell ingat sampai saat ini.
---
"Marcell, nanti kalau aku pergi jauh ke dunia dongeng kayak yang di film, jangan cariin aku ya, jangan nyusul juga, nanti mainan aku kamu ambil."
"Iya sayang, aku nggak akan nyusul."
"Janji sama aku?"
"Marcell janji."
---
"Ta?"
"Apa, Cell?"
"Besok kalau udah besar jangan jauh-jauh dari aku."
"Iya, tapi aku nggak mau besar."
"Kenapa?"
"Nanti kalau Marcell besar, aku besar, kita nggak bisa main-main lagi. Nanti kamu pasti punya pacar."
"Iya, pacar aku kamu."
"Pacar itu apa sih, Cell?"
---
"Jangan berantakin rambut!"
"Lucu tau."
"Nggak mau."
"Iya nggak, kenapa sih?"
"Nanti aku kangen kamu berantakin rambut aku kalau kita lagi jauh."
"Kita nggak akan jauh."
"Pasti ada kok waktu kita jauh."
---
"Marcell, anjingnya satu buat aku ya?"
"Emang berani?"
"Berani, kan kalau anjing kamu lucu."
"Ya udah ambil aja."
"Nggak jadi deng, biar nanti kalau aku pergi ada yang nemenin kamu."
---
"Heh!"
"Apa sih?!"
"Jangan main hujan-hujanan."
"Seru, coba sini deh."
"Nggak!"
"Ayo Marcell, nanti kamu pasti suka."

KAMU SEDANG MEMBACA
SELEZIONE
Teen FictionAku mencintainya, itu sederhana. Tapi satu yang membuatnya rumit, aku terlalu takut untuk menerima hal yang berakhir dengan sakit hati. Pun aku terlalu ragu dan justru berjalan mundur memberi peluang. Memberi kesempatan orang lain untuk ikut memili...