#4 Hanya

8.1K 565 9
                                    

Gue hanya masih menjaga,
sebatas itu.

-M

Dua menit lalu bel pulang sekolah berbunyi nyaring membuat rasa semangat datang begitu saja. Dengan gerakan cepat, gadis itu segera merapikan buku dan menyampirkan tas punggungnya bersiap pulang.

Karena hari ini Nadia dan Meika ada jadwal ekskul, Lauren terpaksa berjalan sendiri menuju gerbang untuk menunggu jemputan. Seva? gadis itu bahkan sudah berpamitan pulang sejak guru jam terakhir membahas soal, ia telah menyerah menahan rasa kantuknya dengan alasan pergi ke toilet. Tapi tidak kembali, bahkan tasnya sengaja ia tinggal di kelas begitu saja.

Gerakan langkah Lauren ke area depan sekolah langsung berhenti dan kembali mundur saat matanya menangkap seorang gadis sedang berdiri di tiang belakang gedung perpustakaan dengan tangan terikat.

"Lah, itu cewek kenapa?" tanyanya berjalan menghampiri gadis yang terlihat sedang menangis dengan pandangan menunduk.

Byurrr

Dengan mulut terbuka karena terkejut mendapat guyuran secara tiba-tiba, gadis itu perlahan menoleh ke arah seseorang yang saat ini sedang tertawa dan bertos ria dengan gadis di sebelahnya. Oke, sudah dia duga, Kenzie sengaja merencanakan semua ini untuk membalas dendam.

"Udah kebayar kan? ini uang buat lo laundry, selesai? kita impas." ucapnya melemparkan uang lima puluhan yang pernah diberikan Meika dan kembali tertawa terpingkal-pingkal sebelum berlalu pergi meninggalkan Lauren dan gadis yang sengaja dijadikan umpan.

"Lo nggak papa kan? maafin gue ya, gara-gara gue lo jadi kena." ucap Lauren membuka ikatan tali pada tubuh gadis berambut hitam di hadapannya.

"Kak Lauren makasih ya, maaf kak, karena harus nolongin aku kakak malah jadi basah kuyup gini."

"Yaelah, salah gue juga kali. Lo mending pulang sekarang deh, udah mulai sore nih."

"Makasih ya kak, permisi." pamit gadis itu membuat Lauren mengangguk dan membuka tasnya bermaksut mencari jaket yang tadi pagi ia pakai.

"Mampus, jaket gue ketinggalan di kelas." gumamnya lalu menghembuskan nafas pasrah dan kembali menutup tas.

Namun sedetik kemudian, tubuh gadis itu dibuat mematung saat seseorang melemparkan jaket hitamnya dengan pelan hingga mendarat sempurna menutupi sebagian punggungnya.

"Pake aja, badan lo rata, nggak enak dilihat."

Lauren berbalik dan sedikit terkejut saat melihat Marcel sedang bersandar di tembok dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana seragamnya.

Belum sampai gadis itu tersadar dari lamunan, sosok datar menyebalkan yang kemarin pagi juga sempat membantunya sudah berjalan menjauh tanpa berniat sedikitpun menoleh ke belakang. Ia terlalu sulit untuk ditebak.

Makasih, lagi.

Dilain sisi, Marcell yang baru saja kembali bergabung dengan teman-temannya menyadari ada sesuatu yang berbeda dari sorot mata Gazza. Matanya seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat.

Melihat Gazza tidak juga menyadari keberadaannya meski sudah lewat 30 detik, Marcell memutuskan menepuk bahu cowok berbola mata biru itu sambil mengambil kunci motor dan tas hitam yang sejak tadi tergeletak mengenaskan di pinggir lapangan.

"Ayo balik."

Gazza mengangguk diikuti kedua cowok yang saat ini masih sibuk berdebat hanya masalah permainan konyol di ponsel salah seorang di antara mereka.

SELEZIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang