Peduliku masih dalam
ambang ragu.-G
Bel istirahat berbunyi dengan nyaring membuat hembusan nafas lega langsung terdengar di kelas itu. Bu Susi yang tadi pagi sempat marah karena ulah Meika memutuskan segera keluar dari kelas untuk mencari minuman dingin. Kepala dan hatinya sedang panas.
Hari ini semua orang tau bahwa kantin pasti akan mendadak ramai. Karena tim futsal sekolah mereka menang melawan sekolah tetangga, alhasil ada traktiran besar-besaran di tempat itu saat ini. Mendengar berita yang baru saja disebar oleh Bobi, Nadia langsung bersemangat menuju kantin dengan senyum cerianya yang semakin lebar.
Jangan salah, meski dia terlihat kurus, gadis itu bahkan bisa makan 2x lipat dari porsi nasi goreng yang ada di kantin. Padahal banyak yang bilang, bahwa menu nasi goreng di pojok kantin itu adalah porsi kuli alias banyak banget.
Ia bangkit menyusul Seva yang sudah berada di ambang pintu dengan badan membungkuk dan mengerakkan tangannya untuk melemaskan otot karena terlalu lama duduk di atas bangku.
"Ayoooo kantinnnnnnn!!! Lauren, lo nggak mau ditraktir?"
"Bakal nggak ada tempat, males ah gue."
"Meika, cantik deh, ke kantin yukkkkk." ucap gadis itu menoleh ke arah Meika yang saat ini sedang menidurkan kepala di pojok kelas sambil melambaikan tangan pertanda ia menolak tawaran Nadia barusan.
"Kaliannnn reseee bangett sih, gue laper nihh."
"Ya udah lo langsung ke kantin aja napa sih? ribet amat perasaan."
"Gue sama Seva berdua doang dong," protes Nadia mencebikkan bibirnya dan menoleh ke luar kelas saat dua orang gila yang sempat ia lihat di koridor dulu sedang berjalan melewati kelas mereka bersama dua manusia datar di belakangnya. "ehhh lo Dian kan?"
"Gue? gue Rian, Dian darimana?"
"Yahhhh, lo nggak dikenali sob, eh eh lo tau gue siapa nggak?" tanya Arsen mengacungkan jarinya pada Nadia yang saat ini mengangguk antusias.
"Tuh kan dia tau gue siapa, susah emang jadi orang terkenal."
"Lo Kusen kan? eh, Tongsen? siapa sih lo?"
"Gue tonjok juga lu lama-lama, nama bagus-bagus diganti seenak jidat." balas Arsen lalu menoleh ke arah Rian yang sedang tertawa sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya bermaksud mengejek.
"Udah deh nggak penting," ucap Nadia mengibaskan tangannya dan kembali bertanya kepada mereka. "kalian mau kemana? kantin bukan?"
"Iya, eh lo ngapain sih Sev?" tanya Rian yang melihat gadis itu masih tetap berada di posisi yang sama.
"Biar nggak kesemutan."
"Berdiri woi, lo nakutin kalau lagi kayak gitu."
Seva berdiri tegak dan merapikan rambutnya sebelum menoleh ke arah Marcell dan Gazza yang sedang memutar bola mata malas.
"HAI SAHABAT MASA KECIL GUEEEE!!!!!!"
"Lo kenal Za?"
"Nggak."
"Oh." jawab Marcell mengangguk singkat membuat gadis itu memicingkan matanya dengan kesal.
"Kalian ke kantin kan?"
"Iya, mau ke kantin bersama pangeran Arsen tuan puteri?" tanya Arsen menunduk hormat sambil mengulurkan tangan seolah menyambut sambutan tangan dari Nadia.
Gadis itu mengangguk senang lalu menoleh ke arah kedua temannya yang sedang tertidur pulas dibangku masing-masing. "Gue ke kantin dulu yaaa." ucapnya berteriak lalu menggandeng tangan cowok idiot itu sambil sedikit berlari.

KAMU SEDANG MEMBACA
SELEZIONE
Roman pour AdolescentsAku mencintainya, itu sederhana. Tapi satu yang membuatnya rumit, aku terlalu takut untuk menerima hal yang berakhir dengan sakit hati. Pun aku terlalu ragu dan justru berjalan mundur memberi peluang. Memberi kesempatan orang lain untuk ikut memili...