Setelah kejadian tadi pagi yang membuat Wildan malu, dan ia pun masih sedikit merasa kesal kepada teman-temannya yang tidak berhenti tertawa sepanjang pelajaran sampai jam pulang sekolah, hingga saat mereka berjalan menuju parkiran, Wildan mendengar ada yang memanggil namanya.
"Wildan!" ujar seorang siswi yang setengah berlari ke arah Wildan dan berharap ia mendengar teriakannya. melihat Wildan sedikit menoleh ia pun mempercepat langkahnya.
"Wildan! lu budek apa gimana sih! gua udah teriak teriak dari tadi apa kaga kedengeran hah!" teriak siswi itu tepat di depan muka Wildan, untung saja badannya tidak terlalu tinggi.
"Ada apa?"sahut Wildan acuh, yang membuat para sahabatnya melongo, pasalnya Wildan hari ini sangat cuek sekali terlebih pada mereka berempat.
"Lu dipanggil sama Pak Budi ke ruang latihan"ujar siswi itu sambil mengatur deruan nafasnya karena tadi ia berlari cukup jauh.
"Oh" ujarnya sambil melangkah pergi meninggalkan sekumpulan orang-orang yang dibuat cengo olehnya.
***
"Wildan! kamu itu gimana sih! gimana mau menang kalo ga latihan! aduh bapak ga ngerti sama jalan pikiran kamu!"ujar pak Budi dengan wajah seram yang membuat hawa disekitarnya menjadi panas.
"Pak saya bisa bertanding dengan cara saya sendiri! jika bapak tidak mempercayai saya silahkan cari yang lain, saya tidak keberatan sama sekali"jawabnya enteng seolah-olah yang sedang di hadapinya sekarang adalah bocah tk yang masih ingusan.
"Bapak sudah percaya sama kamu Wildan! dan jangan bikin bapak kecewa!"ujar pak Budi sembari berjalan keluar dari ruang latihan dengan muka seram.
"bangsat!"kata terakhir Wildan sebelum pergi menuju ke tempat ruang ganti yang sudah dipenuhi dengan anak manusia.
Badmood ya itulah yang sedang dirasakan oleh Wildan saat ini.Dengan muka di tekuk, tak ada satu pun sapaan para gadis yang dibalas oleh Wildan ketika ia hendak ingin melamun namun ia semuanya buyar ketika ada seorang gadis yang merangkul tangannya.
"Ck Dev! jangan ganggu gua! kali ini aja biarin gua menghirup udara bebas tanpa ada lu" ujar Wildan yang berusaha melepaskan rangkulannya.
"Aduh Wildan mana bisa sih! lu sama gua kan ibarat Dilan sama Milea gimana sih" dengan lebih liarnya gadis itu setengah memeluk Wildan.
"Gua mau latihan Dev!"sentak Wildan, ia berharap Deva akan melepaskan rangkulannya.
"Yaudah sanah, tapi inget ya pulang sekolah bareng aku! gua tunggu diparkiran sayang" dengan manja Deva melangkahkan kakinya pergi menuju entah kemana.
"Amit-amit gusti, nya urang ngimpi naon atuh semalem hih" bergidik ngeri dan langsung ngacir ketempat latihan.
Alih-alih berniat untuk latihan, namun semuanya sirna setelah Wildan memegang handphone dan ditambah ada kode wifi di ruang latihan ini, menambah syahdu untuk bermain mobile legend.
Namun saat ia baru saja membuka layar kunci handphonenya ia sedikit penasaan dengan siswi yang tadi memanggilnya menghadap ke kepala sekolah, dia pun berniat untuk stalking siswi tersebut melalui aplikasi Instagram.
Alih-alih untuk men-stalking siswi tersebut sirna ketika orang yang akan di stalkingnya datang menghampiri dengan muka seperti macan betina yang sedang datang bulan.
"Lo itu mau lomba! buru latihan ngapain masih disini!" muka garang ditambah tangan dilipat di dada sempurna sudah bahwa siswi yang menghampiri Wildan ini sedang datang bulan karena dari tadi marah-marah terus.
"Apa masalahnya sama lu?" pertanyaan Wildan membuat siswi itu bungkam setengah malu.
"Ya gua males aja liat lu, yang datang kesini cuman buat nebeng wifi aja mending balik sonoh lu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Coganista
Подростковая литератураEits kalo kalian nyangka ini tentang kisah cinta kaya romeo dan juliet yang romantisnya kaga ketulungan kalian salah, ini adalah tentang kehidupan dimana otak otak kaga berfaedah beraksi Aldito Anggara Pramesta •ketos tapi paling males rapat Wildan...