Anggita ⚡

349 30 9
                                    

Dia gadis yang baik, bahkan sangat baik untuk seorang Aldito.

Ah kalau kalian lihat dari yang lalu-lalu pasti kesannya Aldi yang berjuang sendirian, dan Aldi yang dicampakkan. Baiklah untuk menghindari kesalahpahaman, mari kita lihat seperti apa sosok Anggita.

Langkahnya terhenti saat melihat lelaki yang sedang berdiri dan menatap dirinya.

Anggita menghembuskan nafasnya. Apakah ia harus terus berjalan atau berbalik arah.

Bohong kalau ia mengatakan baik-baik saja. Dan juga sangat berlebihan jiga ia mengatakan sakit hati.

Pemuda itu berjalan kearahnya, meskipun pelan Anggita tahu kalau kaki itu akan sampai dihadapannya.

"Git,,, "

"Maaf Di, aku harus ke ruang guru" Anggita berjalan saat Aldi baru sampai didepannya.

Aldi memegang tangan Anggita untuk menahannya "Kita gak bisa kaya gini terus"

"Kita? Atau lu doang Di?" dengan pelan Anggita melepaskan tangan Aldi.

"Gua rasa, gua lebih nyaman kaya gini Di."

"Tapi gua enggak Git,,," lirih Aldi, matanya memperlihatkan sorot terluka.

"Seenggaknya buat sekarang, lu jangan deket-deket sama gua dulu yah" dengan segenap keberanian yang ada Anggita menatap mata Aldi.

Keduanya bertatapan lumayan lama, sebelum Anggita yang mengakhirinya.

"Segitu bencinya lu sama gua?"

Anggita terkekeh.

"Gua juga cuman manusia biasa Di, gua punya perasaan. Sekarang perasaan gua lagi hancur, karena lu. Dan gua butuh waktu buat nata perasaan gua kembali. "

"Dengan cara ngehindar? Iya? Kaya gitu yang namanya menata perasaan?"

"Karena kalau liat lu, hati gua sakit Di"

"Gua juga lebih sakit Git, liat lu yang nata perasaan sama orang yang gua benci. "

"Dan nyatanya Aqbar lebih baik dari pada lu"

Aldi memejamkan matanya mendengar pertanyaan Anggita.

Anggita menepuk pundak Aldi "Kasih gua waktu"

Lalu berjalan pergi meninggalkan Aldi.

*****

"Aqbar"

"Kenapa? Kok nangis?"

Anggita menggeleng lemah, air matanya tak berhenti keluar, padahal ia sudah lelah mengusapnya.

Aqbar menghentikan aktivitas bermain basketnya dan kini sudah ada di samping Anggita.

"Kenapa hey?"tanya Aqbar lembut.

"Aldi nyakitin lu lagi?"

Mendengar pertanyaan Aqbar, Anggita malah semakin mengencangkan tangisnya.

"Gua yang nyakitin dia"

Aqbar memegang kedua pundak Anggita.
"Lu gak nyakitin dia."

"Harusnya sekarang gua ada disisinya, bukan malah mentingin ego kaya gini."

"Enggak Git, kalau lu terus yang memahami, terus siapa yang bakal paham tentang lu?"

CoganistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang