"Makasih yah buat hari ini."ucap Alena, ia sedari tadi tak bisa lepas dari senyumnya.
"Sama-sama."balas Rizki, dirinya sedang sibuk menyakalan mesin motor.
"Ini semua bukan cuma rasa kasihan doang kan?" tanya Alena hati-hati. Dirinya masih ragu akan pengakuan Rizki yang tadi.
"Gua cuma ngabulin permintaan lu, dan itu bukan berarti gua suka sama lu."
Lagi-lagi Rizki berhasil membuat patah hati Alena.
"Waktunya hanya disenja?" tanya Alena lagi.
"Iya."jawab Rizki acuh, motor yang ia tumpangi sudah menyala, hal itu yang membuat Alena buru-buru naik ke jok belakang.
Namun nampaknya angin malam kurang bersahabat dengan Alena, dirinya merasa kedinginan karena selama di pantai bajunya sudah basah kuyup.
Suara orang yang sedang kedinginan, hal itu yang membuat Rizki melirik ke arah spion. Terlihat Alena sedang memeluk dirinya sendiri karena kedinginan.
"Peluk gua" ujar Rizki.
"Hah apa?"Alena mendekatkan kepalanya ke pundak Rizki agar bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh Rizki.
"Peluk gua" ulang Rizki.
"Oh lu dingin?"tanya Alena, ia terlihat kebingungan atas permintaan Rizki.
"Iya." sejujurnya tidak terlalu, hanya saja ia enggan untuk mengatakan bahwa dirinya tak tega melihat Alena kedinginan.
"Oh, aku juga dingin. Ternyata bukan sikap kamu aja yang dingin, angin malam kali ini juga dingin. Tapi lebih dingin kamu sih."ujar Alena ia menyenderkan tubuhnya pada punggung Rizki.
Memang baju Rizki yang kenakan juga basah, namun entah sulap dari mana, saat Alena memeluknya rasa dingin itu sedikit berkurang.
"Langitnya cerah yah, cuman sayang dingin." Alena terus saja berusaha agar Rizki mau berbicara dengannya.
"Ki?"
"Hmm"
"Udah nyampe lagi?"tanya Alena, tak sadar dirinya sudah sampai lagi dihotel.
"Udah."jawab Rizki ia sedang mencabut kunci yang masih menggantung dimotor, namun saat berbalik betapa terkejutnya saat ia melihat Alena, dimukanya terdapat cairan kental berwarna merah yang keluar dari hidungnya.
"Lu kenapa?" tanya Rizki dingin, dalam situasi seperti ini ia masih sempat untuk bersikap cuek.
"Kenapa apanya?"tanya Alena , ia menatap Rizki dengan tatapan bingung.
"Mimisan"jawab Rizki, sekarang ia mulai panik karena melihat bibir Alena yang membiru.
"Ayo mending sekarang kita ke kamar aja"ajak Rizki ia mendekat kearah Alena.
"Ini helmnya?" saat seperti ini Alena masih mengingat pada helm.
"Udah nanti aja"Rizki merangkul Alena memasuki hotel.
****
"Kunci kamar hotel lu mana?" tanya Rizki, ia benar-benar panik. Karena darah yang keluar dari hidung Alena semakin banyak.
"Ada di tas" jawab Alena lemas, dirinya sudah terlihat pucat seperti mayat hidup.
"Sekarang lu ganti baju dulu, nanti gua kesini lagi" tutur Rizki, ia segera keluar dari kamar Alena dan masuk ke kamar dirinya.
"Dari mana aja lu?"tanya Gilang.
"Kagak tau apa kita mah nungguin"sindir Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coganista
Teen FictionEits kalo kalian nyangka ini tentang kisah cinta kaya romeo dan juliet yang romantisnya kaga ketulungan kalian salah, ini adalah tentang kehidupan dimana otak otak kaga berfaedah beraksi Aldito Anggara Pramesta •ketos tapi paling males rapat Wildan...