"Sekarang kita rapat buat masa pengenalan lingkungan sekolah"ujar Aldi dingin.
Entah mengapa sejak Aldi menjadi ketua Osis sifatnya berubah menjadi sedikit dingin.
"assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh"
"Disini kita akan mendiskusikan tentang masa pengenalan sekolah, dan disni gue pengen menghapus selogan senior selalu benar"
"Gak bisa gitu!"salah satu anggota Osis mengacungkan tangannya untuk menyinggah pendapat Aldi.
"Kenapa?"
"Kita mempunyai hak untuk selogan itu, karena kenapa? Karena dari faktor usia juga kita sudah lebih tinggi dari mereka yang baru masuk, dan selogan itu juga bisa membuat peserta menjadi disiplin."
"Iya dengan selogan itu senior akan merasa dihormati"timpal salah satu anggota lainnya.
"Kita mendisiplinkan peserta bukan dengan cara yang kampungan seperti disinetron-sinetron"
"Kalian yakin?"tanya Aldi, mimik mukanya tak berubah sama sekali. Membuat kesan dingin.
"Gue yakin"
"Gue juga yakin"
"Gue juga"
"Kita mah ngikut ajalah"
"Yang kedua gue pengen mereka lebih mengenal sekolah ini"
"Masa pengenalan lingkungan sekolah ini harus bener-bener bikin mereka tau tentang sekolah ini"
"Gimana kalo anak nakal? Apa mereka bakal ngikutin acara ini dengan benar?"
"Bukannya, kita udah menerapkan selogan senior selalu benar untuk mendisiplinkan peserta?"
"Apa lo yakin dengan hal itu?"tanya Aqbar, ia juga berperan penting dalam Osis, yaitu sebagai pendamping Aldi atau lebih dominan disebut wakil ketua osis.
"Lu sendirikan tadi yang minta untuk tidak dihapus selogan itu? Gue fikir selogan itu bisa untuk menyelesaikan masalah tentang anak nakal nanti"jawab Aldi sinis.
Selama ini, kedua orang penting itu tak pernah satu pendapat dalam masalah apapun.
"Gue minta selogan itu untuk dihargai bukan untuk menyelesaikan masalah tentang anak nakal nanti"balas Aqbar tak kalah sinis.
"Lu minta dihargaikan? Apa sekarang lu ngehargai gue sebagai ketua osis?"
"Kita gak pernah sependapat, gue atau lu yang keluar? Gue gak mau bekerja sama dengan orang yang tidak sependapat dengan gue"ujar Aldi sambil membereskan buku miliknya yang berserakan diatas meja.
"Bukankah dalam suatau diskusi, kita mempunyai hak untuk mengeluarkan pendapat?"tanya Aqbar.
"Gue salah gak kalo mengeluarkan pendapat?"
"Lo gak salah. Gue yang keluar" Aldi pergi dengan menenteng tasnya.
"Aldi lu gak boleh gitu dong!"
"ALDIII!"
"Udah biarin aja, kalo kalian mau keluar juga pergi aja, gue gak butuh sama orang yang punya mental tahu."
"Aqbar, lu seharusnya gak gitu."
"Gak gitu gimana Sarah?gue harusnya gimana? Jadi gue yang salah hah?" suara lantang Aqbar memenuhi gendang telinga seluruh anggota Osis yang ada disana.
"Udah kita lanjut aja rapat ini, biar nanti hasilnya kasih ke Aldi"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Coganista
Teen FictionEits kalo kalian nyangka ini tentang kisah cinta kaya romeo dan juliet yang romantisnya kaga ketulungan kalian salah, ini adalah tentang kehidupan dimana otak otak kaga berfaedah beraksi Aldito Anggara Pramesta •ketos tapi paling males rapat Wildan...