CHAPTER 1

8.6K 490 36
                                    

Waktu menunjukkan pukul 13.22 GMT dan sinar matahari tampak tidak cerah hari ini. Ini baru saja masuk musim gugur tapi kenapa suhunya sangat dingin sekali. Beberapa orang sedang berjalan terburu-buru sembari merapatkan jaket dan mantel beserta syal yang melingkari leher mereka. Daun-daun pohon Larch kini mulai menguning sedikit pada pinggir jalan beriringan dengan pohon oak yang masih menampakan daun hijaunya sedikit di bagian atas, yang menghiasi taman kota di tengah kota London yang sempit ini. Aku menghempaskan tubuhku di sofa café Luxious, dengan segelas moccacino kesukaanku. Kutatap laptop di hadapanku dengan Word yang terpampang di sana.

Kosong.

Putih.

Kuraih minumanku dan menyesapnya pelan. Stres kurasakan belakangan ini karena tulisanku yang tak kunjung selesai dan editorku yang mulai mengoceh tak jelas dari telepon semenjak tiga bulan yang lalu. Sedang asyik menenangkan pikiranku dengan sensasi pahit manis dari sebuah kopi, sebuah dering berbunyi dari handphone-ku. Aku menghela nafas dan mencoba membina pikiran dan mentalku kala melihat nama yang terpampang di layar. Sudah sepuluh hari aku mencoba menghindari panggilannya, namun kali ini kurasa aku harus mengangkatnya.

Melarikan diri dari sebuah masalah tidak akan menyelesaikannya, bukan?

"Hello, Mister-"

"Ms. Sarah Kim! Why so hard to calling you? Kemana saja kau selama ini?!" teriak pria dari seberang. Terdengar frustasi kurasa.

"I'm sorry, Mister, I-"

"Tanpa kabar selama sepuluh hari dan cuti dari bekerja selama sebulan, huh?! Kau tahu atasanku selalu menanyakan dirimu dan naskahmu yang selama ini belum bisa kau tulis? You almost drive me crazy!" serunya lagi.

Aku memijit pelipisku, "Maafkan aku. Bisakah aku bicara untuk memberikan alasanku? Kau selalu memotong pembicaraanku,"

Terdengar helaan nafas berat dari sana, "Okay, I'm listening."

Aku kembali menyandarkan tubuhku, "Kau tau, Mr. Kelly, aku kehabisan ideku dalam menulis dan kurasa aku harus cuti sembari liburan ke London. Kuharap aku bisa menemukan ide di sini. Canada terlihat membosankan bagiku sekarang."

"Tapi kenapa harus sebulan, Sarah?!" tanyanya masih dengan emosi yang menggebu, "Bagaimana aku menjelaskan pada Mrs. Johnson? Kau tahu wanita itu sangat galak!"

Aku tersenyum miris memikirkan pria yang sedang menelponku.

"Sekali lagi aku minta maaf. Aku akan berusaha untuk bicara pada Mrs. Johnson. Kau tidak perlu khawatir. Usai sebulan, aku akan kembali ke Canada."

Mr. Kelly menghela nafas lagi.

"Baiklah. Terserah padamu asalkan kau benar kembali usai sebulan cuti. Kau tinggal di mana sekarang? Apakah kau mengabari orangtuamu di Korea?"

"I'm well. Aku menyewa sebuah rumah kosong yang ada di perumahan elit. Landlord di sana bersedia menerima penyewa untuk waktu sebulan dengan harga yang cukup murah. Aku sudah mengabari mereka beberapa hari yang lalu," jawabku tersenyum. Pria itu memang terlihat pemarah namun ia sebenarnya peduli. Beruntung diriku memiliki editor seperti dia.

"Kirimkan aku alamatmu agar aku bisa ke sana," ujarnya.

"Wow, kau mau apa ke sini, Mr. Kelly?" tanyaku sembari mengangkat alis walau aku tahu ia tak melihatnya.

"Hanya memastikan kau tidak akan minggat dari sana," jawabnya.

Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum, "Terserah padamu saja. Aku tutup teleponnya. Nanti kukirim alamatku."

Silence Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang