Halo, di part ini agak pendek ya 😁
Play mulmed nya, recommended! 😁
Happy reading! 😊
Apa yang akan kau rasakan jika melihat orang yang kau cintai menangis karena sosok lain di hatinya?
Sakitkah?
Seperti itulah yang kurasakan sekarang. Melihat Sohyun menangis di balkon kamarnya sambil memeluk buku pemberian Baekhyun, sungguh membuatku patah hati. Ingin sekali kuhajar brengsek itu karena membuat Sohyun-ku menangis seperti ini!
Aku menyandarkan tubuhku di dinding kamarnya yang bertolak belakang langsung dengan posisi Sohyun sekarang. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa aku bisa masuk ke kamarnya. Gadis itu memberikan password apartemennya untukku agar aku bisa masuk dengan mudah. Inginku mengunjunginya hari ini untuk mengajaknya nonton film bersama, namun yang terjadi malah seperti ini.
Usahaku gagal. Tiga minggu aku akui bukan waktu yang lama. Bahkan masih seumur biji jagung. Aku harus lebih berusaha keras untuk membuat Sohyun melupakan seorang Byun Baekhyun. Namun waktu rasanya kasihan pada kami berdua. Kasihan padaku yang juga merasa sakit melihat Sohyun seperti ini, dan kasihan pada gadisku yang selalu menangis kala mengingat Baekhyun.
Aku tidak mengerti selama apa mereka bertemu sampai Sohyun sedalam ini mencintai pria itu.
Aku tidak tahan lagi, sungguh! Ini terlalu menyakitkan untukku. Perlahan aku berjalan keluar kamar dan langsung bersimpuh di dekat Sohyun. Gadis itu terbelalak kaget dan dengan cepat akan mengusap air matanya, namun aku lebih cepat menahan tangan gadis itu agar tidak mengusap wajahnya.
"Biarkan saja, jangan menghapusnya," ujarku sembari tersenyum. Ia masih diam dan berusaha mengatur nafasnya karena sedih dan terkejut.
"Aku ingin merasakan bagaimana perasaanmu. Biarkan air mata itu mengalir jika kau ingin, Sohyun," ujarku lagi.
"Maafkan aku," jawab Sohyun dengan suara pelan. Aku tersenyum lalu membawanya ke pelukanku.
Seandainya aku bisa sering memeluknya seperti ini dan menjadikannya milikku...
"Kau sangat mencintai Baekhyun, ya?"
Tubuh Sohyun perlahan menegang, kurasakan seperti itu dan ia melepaskan pelukannya lalu menatapku.
"Aku sedang berusaha melupakannya, Tae. Aku minta maaf," ujar Sohyun dengan wajah tidak enak. Aku tersenyum kecut. Ironi sekali ia mencintaiku karena sebuah perasaan tidak enak padaku.
"Kau tidak salah, Sohyun, yang salah di sini adalah aku," kataku.
"Tae, jangan berbicara se–"
"Seandainya aku lebih gencar mendekatimu kala pertama kali bertemu, seandainya kau menghabiskan waktu berliburmu hanya denganku, seandainya kau berlibur ke Edensor denganku,... seandainya aku yang membuatmu jatuh cinta, semuanya tidak akan seperti ini."
Tanpa kusadari dadaku mulai terasa sesak dan mataku mulai berair.
"Aku tidak akan menyakitimu seperti Baekhyun sekarang,"
Sohyun terdiam dan menunduk sangat dalam, "Maaf. Maaf membuatmu seperti ini."
Aku tersenyum dalam lukaku dan meraih wajah Sohyun. Aku ingin melihat manik matanya sekali lagi sebelum aku menjauh dari hidupnya.
"Hubungan kita lebih baik sampai di sini, Sohyun," kataku. Kulihat Sohyun terkejut namun tidak berusaha menolak perpisahan ini. Ah, sakit sekali.
"Aku tidak bisa membuatmu melupakan Baekhyun. Aku gagal, dan aku juga menyerah sekarang."
Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya kasar, mencoba meredakan emosiku.
"Maafkan aku, Taehyung, sungguh aku minta maaf," kata Sohyun lagi.
"Sudah aku maafkan," ujarku, "Sohyun, aku boleh membuat permintaan sebelum ini benar-benar berakhir?"
Ia menganggukkan kepalanya dan menatapku. Aku juga tidak yakin ia mau mengabulkannya, tapi inilah permintaan terakhirku.
"May I kiss you?"
Sohyun terdiam cukup lama, tidak mengangguk dan tidak menolak. Perlahan aku meraih tengkuknya pelan dan mendekatkan wajahku. Ia tidak menolak ketika aku mendekat dan akhirnya kurasakan sebuah benda lembut di bibirku. Hanya sebuah ciuman biasa, tidak ada lumatan dan tidak ada hasrat apapun yang kulakukan sekarang. Setelah sepuluh detik, aku melepaskan ciuman itu, melepaskan dirinya, dan melepaskan hatiku.
"Terima kasih karena sudah membuatku merasakan indahnya jatuh cinta denganmu, Sohyun," ujarku mengusap pipi tembamnya yang akan sangat kurindukan, "Aku pergi."
"Terima kasih juga kau mau menemaniku sampai di sini,... dan maaf mengecewakanmu," jawab Sohyun. Aku tersenyum dan mengangguk. Perlahan aku berjalan menuju keluar apartemennya dan dengan gontai kulangkahkan kakiku pergi dari sana.
Berjalan kali pulang ke apartemenku yang lumayan jauh mungkin bisa meredakan perasaan luka yang sangat bergejolak ini. Mungkin inilah yang namanya sakit tapi tidak berdarah. Salju turun malam ini dan ini dingin sekali, sama seperti hatiku. Aku berusaha meredakan perasaan sesak di dada dengan menghirup nafas dalam-dalam. Namun sialnya aku gagal.
Setitik air mata menetes di pipiku dan sekarang rasanya menjadi begitu berat. Memang seharusnya aku tidak mencium gadis itu sebelum perpisahan. Tapi aku sangat ingin melakukannya. Aku tidak pernah memeluknya apalagi menciumnya. Biarkan aku egois sedikit saja diakhir ini.
Tidak apa bukan jika pria menangis?
Rasanya sangat sakit sekali.
Ah, kenapa tiba-tiba aku berpikir, beginikah perasaan Sohyun?
Seberapa lama aku mengenal gadis itu sampai rasanya sakit sekali mencintainya seperti ini?
Jawabannya, seberapa lama waktu yang bisa kau sebutkan. Tidak peduli berapa lama kau baru mengenal orang baru dan akhirnya kau menyukainya. Semua hanya tentang waktu. Waktu bisa membuat hubunganmu dengan orang itu menjadi lebih indah karena tiap mili sekonnya yang sangat berharga dan membuatmu bahagia. Namun waktu bisa membuatmu terluka dan rasanya kau ingin mengakhiri waktu itu ketika kau bersamanya. Dan aku, ada di posisi kedua.
Aku dan Sohyun bertemu di waktu yang salah. Waktu di mana ia sudah bertemu dengan orang lain. Aku dan Sohyun tidak menghabiskan waktu bersama lebih lama karena ternyata waktu lebih mendukung hubungan Sohyun dan Baekhyun.
Aku tersenyum tipis dalam tangisku. Kurasa aku sudah melakukan hal yang benar.
Merelakan 'waktu'-ku bersama gadis yang aku cintai agar ia bahagia, melepaskan kebersamaan yang sudah terjalin agar dia tidak terbebani.
Aku harus menghilang, sampai tidak tahu berapa lama aku harus melakukannya. Mungkin waktu lebih mengetahuinya, kapan aku akan kembali kehadapannya dengan luka yang sudah sembuh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence Love ✔️
RomanceIa hanyalah sosok rapuh yang berusaha menjadi orang paling dingin dan menyebalkan di dunia. Menyembunyikan dirinya di kota London dengan nuansa kuning musim gugur. Ia mengenalkanku apa arti kesendirian dan kesedihan yang menderanya sekian lama karen...