Hari ini cuaca menjadi lebih cerah dari hari sebelumnya berkat hujan saat tengah malam. Sinar matahari pagi yang menyeruak masuk ke dalam kamarku membuat semangatku bangkit lagi pagi ini. Kuputuskan untuk jalan-jalan sembari mencari ide lagi untuk tulisanku.
Hal yang tidak ingin kutemui pagi ini sebenarnya adalah pria asia jelmaan Hitler yang tinggal di seberang rumahku. Ketika aku membuka pintu, kulihat ia juga keluar dari rumahnya. Sialnya, kami saling tatap satu sama lain. Ia terlihat rapi dengan jas hitam miliknya. Ia menatapku sekilas lalu berjalan ke arah mobilnya. Ck, dasar pria sombong. Aku menyesal semalam menyapanya!
Aku juga dengan cepat meninggalkan rumahku dan menuju halte bus. Destinasi perjalanku hari ini adalah jam raksasa Big Ben. Perjalanan memakan waktu dua puluh menit. Yang kusukai dari negara-negara di Eropa ini adalah mereka lebih suka menggunakan kendaraan umum ketimbang kendaraan pribadi. Ya, di kota yang padat akan bangunan ini, masih kurasakan keasriannya walau hanya dengan taman kota yang tidak seberapa besarnya. Nuasa kuning sinar matahari dan daun di pepohonan menambah nuansa romantis kala aku melihat Big Ben terpampang jelas di hadapanku. Ah... seandainya aku punya kekasih.
Jika aku selalu berhemat akan masalah makan sehari-hari, hal ini bertentangan dengan idealismeku soal kopi. Kecanduanku akan kafein selalu muncul saat pagi atau siang hari. Aku tidak suka membuat kopi sendiri karena rasanya aneh. Kembali aku memasuki tempat minum kopi yang tidak terlalu jauh dari sini. Bukan sebuah kafe seperti umumnya. Ini lebih sederhana dan bisa kubilang ini adalah kedai. Namun kata kedai seolah masih jauh untuk menyandingi tempat yang memiliki arsitektur Eropa yang sangat elegan ini.
Dengan moccacino kesukaanku, kembali aku mengeluarkan laptopku dan berusaha berpikir akan ide yang kubuat. Sedang asyik berpikir, lambat laun kudengar beberapa gadis sedang berbincang. Yang membuatku terkejut adalah, mereka bicara dalam bahasa Korea. Sontak aku menoleh ke sumber suara. Di arah jarum jam empat, kulihat tiga orang gadis berwajah asia, dengan jaket dan mantel yang tidak terlalu tebal. Di mejanya mengepul lembut uap kopi americano, espresso, dan cappuccino yang mereka pesan. Tak lupa dengan croissant dan muffin yang menemani.
"Kau tahu kabar terbaru soal Baekhyun? Wah! Kudengar ia kini liburan di Eropa!" seru gadis berambut panjang bermantel biru tua.
"Jinjja?! Kabarnya malah ia sedang berlibur di London!"
"Ahhh! Kuharap berita itu benar karena kebetulan kita di sini!" sahut gadis bertubuh pendek dan agak gemuk.
Artis yang berlibur? Kudengar ia vakum dari dunia hiburan. Ah, ya... aku jadi penasaran siapa sosok Baekhyun yang jadi idola semua kaum hawa di negaraku itu. Aku pun meraih ponselku dan mulai menjelajah internet. Sembari menunggu loading, aku menyesap moccacino-ku. Ketika gambar pencarian keluar, mataku terbelalak terkejut dan tanpa sadar aku mulai tersedak.
"Uhuk uhuk!" seruku terkejut sembari memukul dadaku, tak peduli dengan beberapa orang yang memperhatikanku.
Aku menyambar ponselku dan melihat dengan jelas siapa sosok Baekhyun yang katanya ramah, tampan, manis, dan bersuara merdu. This world is very small! Sosok itu adalah pria asia yang tinggal di seberang rumahku!
***
Mood-ku hancur berantakan karena perihal pria asia alias Baekhyun. Bagaimana bisa orang sombong seperti dia bisa dibilang ramah?! Manis dari mana wajahnya?! Wah... rasa kesalku perlahan muncul. Kurasa itu semua hanya pencitraan dibalik sikap aslinya selama ini karena ia tak mau ketenarannya hilang. Siapa yang mau mengidolakan pria sombong macam dia?!
Aku sudah menghabiskan tiga gelas moccacino dan duduk di kedai ini selama dua jam untuk menenangkan pikiranku dan emosiku. Buyar sudah niat baikku untuk menyelesaikan tulisan ini. Masih sama seperti sebelumnya, kosong dan putih, aku menutup laptopku lalu meninggalkan kedai itu. Aku kembali mengitari jalanan kota London dengan Big Ben yang masih gagah berdiri menjulang. Perasaanku kini perlahan membaik dan niatku untuk menuntaskan satu halaman di Word kembali muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence Love ✔️
RomanceIa hanyalah sosok rapuh yang berusaha menjadi orang paling dingin dan menyebalkan di dunia. Menyembunyikan dirinya di kota London dengan nuansa kuning musim gugur. Ia mengenalkanku apa arti kesendirian dan kesedihan yang menderanya sekian lama karen...