Happy reading! ^^
"Sohyun? Kau tak apa?" panggil Junmyeon dari luar kamar sambil mengetuk pintu kamarku. Aku sendiri sekarang sedang menahan tangis sembari memeluk lututku.
Ya, aku juga sudah bosan merasa seperti ini.
Menurutmu apa yang aku lakukan ketika bertemu Baekhyun tadi?
Aku tidak berkata apa-apa lagi. Dengan cepat aku permisi dan turun dari bukit tersebut. Tidak kuhiraukan panggilan pria itu dari jauh.
Kenapa pria itu ada di sini, eoh?! Kenapa dunia ini sempit sekali!
Kenapa aku selalu bertemu dengannya padahal aku berusaha mati-matian menghindarinya dan melupakannya,... walaupun aku merindukannya.
Aish! Aku bisa gila kalau begini terus!
"Sohyun, jawab aku atau aku dobrak pintu kamarmu!" panggil Junmyeon lagi. Dari nada bicaranya, ia tidak main-main sekarang. Tak mau mencari masalah, aku pun bangkit dengan lesu dan membuka pintu. Tampak wajah Junmyeon yang terlihat kesal.
"Siapa pria tadi yang membuatmu menangis, huh? Perlukah aku menemuinya sekarang agar ia berhenti mengganggumu?!"
Aku menenangkan diriku dengan berusaha menarik nafas dalam-dalam.
"Aku tidak apa-apa. Pria itu tidak menyakitiku tapi aku yang menyakiti diriku sendiri," jawabku, "Kau mungkin melihat kami. Jelas ia tidak melakukan apapun padaku tapi aku langsung pergi meninggalkannya dan berakhir seperti ini."
Junmyeon menghela nafas, "Kau ingin cerita padaku siapa pria itu?"
Malam ini, ditemani dengan bintang-bintang yang cukup terang dan angin laut yang kencang, aku menceritakan semuanya pada Junmyeon. Pria itu tampak lebih serius mendengarkan semua ceritaku. Bermula dari pertemuan kami di London sampai sekarang, semuanya aku ceritakan tanpa ada yang terlewat sedikitpun. Pantai malam ini sudah sedikit sepi karena waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Waktu yang dapat mengancam kesehatanmu jika kau nekat untuk keluar malam hari di musim gugur seperti ini.
"Jadi pria itu yang ada di televisi, yang membuat kau patah hati hingga bersedih seperti itu?" tanya Junmyeon dan aku hanya menganggukkan kepalaku.
Junmyeon menghela nafas panjang lagi dan ia menyandarkan tubuhnya di kursi balkon yang ada di luar. Kami sendiri memakai pakaian tebal hanya untuk udara segar malam ini.
"Cukup membingungkan. Jika ia sudah memiliki kekasih, kenapa tatapan matanya padamu seperti itu tadi?" tanya sepupuku itu.
Aku menggelengkan kepalaku tidak tahu, "Aku lelah, Junmyeon. Aku lelah mencintai seseorang seperti ini sementara ada orang lain yang menunggu jawabanku."
Alis Junmyeon terangkat sebelah, "Ada orang lain lagi? Siapa?"
"Kim Taehyung, putra pewaris perusahaan home shopping terbesar di Korea. Kami juga bertemu di London dan beberapa waktu yang lalu, ia mengutarakan perasaannya dan ingin menjadi kekasihku."
"Wah, tidak kusangka kau ternyata laku juga," komentar Junmyeon yang membuatku mendadak kesal.
"Kau pikir aku tidak menarik, huh?!" kataku kesal. Junmyeon pun terkekeh kecil.
"Aku bercanda. Sifatmu itu terkadang membuatku ragu kalau aku sedang bicara pada seorang wanita. Kau itu sangat galak!"
Aku mendengus mengalihkan pandanganku ke arah laut. Junmyeon kembali menjadi orang yang menyebalkan, dan ia tertawa.
"Lebih baik kau tenangkan pikiranmu dulu. Jangan menyakiti hati seorang pria yang menunggumu. Jangan terima pria itu jika kau tidak mencintainya. Itu akan melukainya kelak," ujarnya. Aku kini hanya terdiam dan tidak berkomentar apa-apa. Junmyeon pun berdiri dan menepuk pundakku pelan dan ia masuk ke dalam penginapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence Love ✔️
RomanceIa hanyalah sosok rapuh yang berusaha menjadi orang paling dingin dan menyebalkan di dunia. Menyembunyikan dirinya di kota London dengan nuansa kuning musim gugur. Ia mengenalkanku apa arti kesendirian dan kesedihan yang menderanya sekian lama karen...