CHAPTER 4

2.3K 362 82
                                    

"Oh, God!" seru Helena di belakangku kala melihat Baekhyun. Dengan cepat aku menghampiri pria itu dan bersimpuh di dekatnya. Kuangkat kepalanya dan kuletakkan di lenganku.

"Baekhyun! Baekhyun, bangun!" seruku panik sambil memukul pelan pipinya.

"Sarah, tenang. Aku ambil peralatan dokterku dulu!" ujarnya lalu pergi meninggalkan aku menuju rumahnya. Ah, hampir saja kulupa jika teman baruku itu adalah seorang dokter!

Aku kembali mencoba menyadarkan Baekhyun. Pelipisnya terluka cukup besar karena ia jatuh membentur sudut tangga. Dan pecahan kaca itu, aku simpulkan berasal dari vas bunga yang ada di meja dekat tangga. Pria ini mungkin tidak sengaja menyenggolnya. Tak lama kemudian Helena kembali dengan peralatan dokternya.

"Kita bawa dia ke kamar," perintahnya. Kami berdua pun memapah Baekhyun dengan susah payah menuju ke lantai atas dengan tangga yang sempit, lalu meletakannya di atas ranjang.

Helena dengan sigap membuka tasnya dan mengeluarkan stetoskop. Sembari ia memeriksa Baekhyun, aku pun mencari ponsel milik pria itu. Pemikiranku adalah ia sekarang seorang diri di sini dan setidaknya, ada sanak saudaranya yang tahu bagaimana keadaannya di sini. Akhirnya aku menemukan ponsel Baekhyun di atas meja di ruang makan. Aku meraihnya dan berharap handphone-nya tidak dikunci. Dan untunglah, Dewi Fortuna berpihak padaku.

Aku mulai mengoperasikan handphone-nya dan mencari nama yang kira-kira merupakan saudara dari pria ini. Mataku tertuju pada satu nama di layarnya. Chanyeol. Tanpa ragu segera aku menekan tanda hijau dan menunggu jawaban. Tak lama kemudian terdengar jawaban dari seberang.

"Baekhyun! Kemana saja kau selama ini?! Kenapa baru menghubungiku?!" serunya dari seberang dengan suara khas orang bangun tidur.

"Ha-halo, apakah benar ini salah satu keluarga Baekhyun?" tanyaku gugup.

Terdengar hening cukup lama dari sana lalu ia menjawab, "Aku temannya. Kau siapa dan kenapa handphone-nya bisa ada padamu?"

"Maafkan aku sebelumnya. Baekhyun sekarang mengalami kecelakaan kecil. Ia jatuh dari tangga dan sekarang ia tak sadarkan diri," jawabku.

"APA?!" serunya dengan suara bass yang nyaris memekakan telingaku.

"Begini. Aku akan mengirimkan alamat ini padamu dan kuharap kau segera ke sini. Ia seorang diri dan kurasa ia butuh teman atau keluarganya," kataku pada pria bernama Chanyeol ini.

"Kau sedang tidak menipu bukan?!" tanya Chanyeol. 

"Apakah aku terlihat main-main sekarang, Mister?" jawabku tak kalah seriusnya.

"Baiklah! Cepat kirimkan padaku!" serunya lalu mematikan sambungan. Aku lalu mengirimkan alamat rumah Baekhyun ke kontaknya. Aku pun kembali ke kamar dan kulihat Helena sedang mengobati luka di kepala Baekhyun.

"Bagaimana keadannya?" tanyaku.

"Ia anemia, kelelahan, infeksi lambung dan usus, dan kurasa ia juga insomnia," jawab Helena yang membuatku berdecak terkejut.

"Wah, bagaimana bisa pria itu mengalami komplikasi, huh?" tanyaku heran dan duduk di sofa yang ada di kamar pria ini.

"Kurasa ia stres dan depresi. Makanya mempengaruhi kesehatannya dengan sangat parah," ujar Helena. Gadis itu mulai menutup luka itu dengan kain kasa dan di perban sedikit. Kemudian ia memberikan infus pada Baekhyun. Aku sendiri heran bagaimana kantung infus itu ada dalam tasnya yang notabene khusus di rumah sakit.

"Aku sengaja membawa satu kantung infus beserta peralatan lainnya. Ini hanya sekali pakai untuk menggantikan cairan tubuhnya yang hilang mengingat keadaanya seperti ini," kata Helena seolah bisa membaca pikiranku. Kantung infus itu ia gantungkan pada gantungan yang terdapat tepat di atas kepala Baekhyun.

Silence Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang