CHAPTER 17

1.9K 305 37
                                    

2700 kata 😂
Happy reading! 😁




Sinar matahari pagi ini cukup menyilaukan, membuatku terjaga dari tidurku. Aku mengerjapkan mata dan perlahan membuka mataku. Hal pertama yang aku rasakan adalah aneh. Aku melihat sekelilingku dan langsung kusimpulkan ini bukan kamar tidurku. Perlahan kudengar suara sesuatu yang sedang di tumis, membuatku tersadar akan kejadian semalam. Namun bagaimana aku bisa tertidur di sini? Aku perlahan beranjak dan menyusul ke dapur. Kulihat pria itu sedang menumis sesuatu. Aromanya sangat nikmat, membuat perutku pagi-pagi bergejolak.

"Kau bisa memasak?" tanyaku berjalan mendekat ke arahnya.

Baekhyun menoleh dan ia tersenyum tipis, "Sebentar lagi masakannya akan selesai. Aku harap kau mau bersabar."

Aku cukup tertegun.

Ini adalah sisi dirinya yang tidak pernah sama sekali aku ketahui.

Baekhyun terlihat biasa saja usai kejadian semalam yang membuat traumanya kembali muncul. Baekhyun yang ketakutan dan terlihat tertekan, kini adalah sosok yang berbeda. Senyum tipisnya kembali kulihat pagi ini. Entah mengapa, aku jadi merindukan senyumnya sekali lagi.

"Tidak kusangka kau bisa memasak, Tuan Byun," ujarku ketika ia mematikan kompor listrik dan mengangkat makanannya.

"Karena kau belum pernah melihatku memasak," jawab Baekhyun. Ia membawa piring berisi masakannya ke meja makan. Ada dua porsi makanan yang ia sediakan.

"Untukku?" tanyaku padanya yang dijawabnya dengan anggukkan. Ia kembali tersenyum.

"Selamat makan!" ujarnya lalu mulai menyantap makanannya. Aku hanya terdiam melihat sikap Baekhyun. Seakan dirinya tidak ingat bagaimana rasa takutnya semalam, menunjukkan padaku bahwa ia kuat dan baik-baik saja. Namun itu berlebihan. Sikap ramahnya pagi ini sungguh berlebihan karena ini bukan Baekhyun yang biasanya. Ada sesuatu yang ia sembunyikan.

"Baek," panggilku. Ia mendongakan kepalanya sambil mengunyah.

"Kau baik-baik saja hari ini?" tanyaku penuh kehati-hatian. Aku tidak ingin membuat situasinya malah menjadi tidak enak.

"Ya. Seperti yang kau lihat." Ia kembali fokus pada makannya lagi.

"Tentang traumamu semalam,... apakah kau baik-baik saja sekarang?"

Baekhyun terdiam dan menghentikan aktivitasnya. Wajahnya yang tadi tersenyum kini menghilang, digantikan dengan wajah datar dan kesal miliknya.

Sial, aku salah bicara!

"Maaf," ujarku berusaha melembutkan suaraku, "Tidak baik menutupi keadaanmu seolah kau baik-baik saja," jawabku lagi.

Baekhyun mengangkat kepalanya dan meletakan sendok dan sumpitnya. Ia menatapku dengan tatapan yang cukup menyeramkan bagiku.

"Aku baik-baik saja. Seperti yang kau lihat. Bisakah kau tidak membahas masalah kemarin?" ujarnya. Ia pun berdiri dengan kesal dan berjalan masuk ke kamarnya. Aish! Kenapa aku malah bicara seperti itu jika sudah tahu bahwa Baekhyun adalah orang yang sensitif?!

"Baek!" seruku menyusulnya ke kamar. Ia terlihat duduk memunggungiku di tepi ranjang.

"Baek, aku hanya khawatir padamu. Kumohon jangan marah, ya?" ujarku dengan suara yang dilembutkan untuk membujuknya. Ah, dia seperti anak kecil. Kenapa Baekhyun pagi ini? Dia aneh.

Lama hening menyelimuti kami sampai akhirnya perlahan Baekhyun memutar tubuhnya dan melirikku.

"Apa aku terlihat menyedihkan semalam hanya karena pecahan kaca?"

Silence Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang