6

335 17 0
                                    

Nindy ternyata berada satu kelas dengan Angel. Mantan Alex tercentil. Mantan yang kekeuh mengajak balikan Alex. Belum tau saja kalau Alex punya gebetan yang bejibun.

Yang dapat imbas ya Zara kalau Alex putus dari mantan mantan nya. Zara yang dituduh PHO lah, tukang tikung lah. Salah Alex sendiri sih, selalu ngintilin Zara kemana mana.

Mengingat ada kotoran parah di seragamnya gara gara kuah yang tidak sengaja tumpah, Zara segera menuju toilet. Dengan Alex yang masih membuntutinya.

"Eh Sukro!" Teriak Alex kepada Sukro yang kebetulan sedang melintas di depannya dengan mengenakan jaket berwarna hitam. "Pinjam jaket lo!" Alex menarik jaket yang dipakai Sukro dengan paksa.

"Buat apa?" Sukro membenarkan posisi kacamata minusnya, dan mengerutkan dahinya heran.

"Buat Zara. Lo suka kan sama dia? Makanya sini pinjem" Alex mengangkat dagunya tinggi tinggi.

"Ye...Zara mah sekarang udah lewat. Gebetan gue sekarang itu bebeb Nindy" Sukro menunduk malu.

"Eh itu gebetan gua!" Alex menarik kerah Sukro. "Cepetan njer. Mana jaket lo!"

"Tapi besok kembalikan loh ya Zara. Kalau bisa dicuci sekalian!" Sukro memberikan jaketnya kepada Alex dengan berat hari, dan berlalu meninggalkan Alex dan Zara.

"Nih. Pakai! Daleman lo kelihatan" Alex menyodorkan jaket hitam Sukro.

"Matanya" Zara mengambil alih jaket yang dibawa Alex.

"Disuguhin mah ya diliat." Alex menaikkan pundaknya acuh.

Ketika Zara masuk ke toilet, Alex menunggunya di depan.

"Gini nih kalau punya temen cogan" Ujar Zara di depan kaca wastafel. Tangan kanannya berusaha menghapus noda kuah bakso di seragamnya, sementara tangan kirinya memegang kran air.

Merasa sudah lumayan bersih, Zara mengancingkan jaketnya hingga leher.

Gadis itu keluar dari toilet. Matanya mengedar mencari lelaki yang sedari tadi ia yakini menunggunya dari luar.

Alex bersembunyi? Ah, tidak mungkin. Mereka bukan anak anak lagi.

'Mungkin dia ke kelas' batin Zara.

Dengan langkah lunglai, Zara menuju kelasnya. Dan mendapati bangku Alex yang tanpa penghuni. Tapi tas nya masih ada disana. Cukup lega. Berarti anak itu tidak sampai membolos keluar dari sekolah.

"Tau Alex nggak Sil?" Zara duduk disamping Sisil yang sedang memainkan ponselnya.

"No" Sisil menggeleng pelan "Bukannya tadi dia sama lo?"

"Iya sih. Ntahlah. Paling dia balik ke kantin"

Zara menunggu di bangkunya. Tapi sampai jam terakhir, gadis itu tidak menemukan Alex. Bahkan tas ransel hitam Alex masih di bangku lelaki itu.

Hingga menunggu sampai kurang lebih 15 menit, pop up line terlihat di ponselnya. Menampilkan sebuah pesan masuk.

AlexiN: Gw di rooftop

Setelah membaca pesan dari Alex, Zara bergegas menuju tempat yang dituliskan Alex dengan membawa tas ransel Alex di depan dada.

Sekolah ini belum sepenuhnya sepi. Masih banyak murid lain. Apalagi beberapa kelas 3 ada jadwal bimbel sepulang sekolah. Ekstra basket juga masuk hari ini, tidak terkecuali Dion yang kini menyapa Zara dari lapangan ketika mengetahui Zara melintas.

Dion nggak bimbel?

Bimbel di sekolah Zara itu harinya bergilir. Jadi tidak serempak 1 angkatan.

Zara melebarkan langkahnya, sampai di depan tangga untuk naik ke rooftop. Menapaki anak tangga satu per satu.

Ketika Zara membuka pintu besi, ia langsung dihadiahi aroma asap rokok yang menusuk. Seorang lelaki dengan seragam yang sudah terbuka semua kancingnya, terlihat duduk di atas salah satu bangku tak terpakai disini.

Zara melangkah mendekati Alex, dan duduk disampingnya.

"Ada masalah apa?" Zara menatap dan bertanya kepada lelaki disampingnya dengan nada khawatir.

"Bokap gue meninggal,Zar" Zara mengangkat kedua alisnya. "Gue nggak tau harus sedih atau malah seneng karena tau beban nyokap udah berkurang sekarang. Tapi dia tetep bokap gue. Gue bingung. Dia kecelakaan dan meninggal saat perjalanan ke ICU. Sekarang nyokap gue lagi ngurus jenazahnya di rumah sakit. Nyokap gue strong ya. Nggak kayak anaknya" Ujar Alex panjang lebar sambil mengisap puntung rokoknya dalam dalam.

Tak terasa mata Zara memerah menahan tangisnya ketika melihat Alex serapuh ini.

Alex menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Stop it!" Zara merebut puntung rokok yang berada di capitan jari tangan Alex.

"Balikan Zar. Lo nggak tau betapa frustasinya gue!" Teriak Alex kepada gadis disampingnya, tanpa mempedulikan mata yang memerah gadis itu menahan tangis sejak tadi.

"Kalo Alex tetep ngelakuin ini, gue juga harus" Zara mengangkat dagunya menantang dan langsung mengisap rokok ditangannya yang hanya bersisa setengah.

Mata Alex membulat sempurna melihat Zara melakukan hal itu. Apalagi ketika gadis di depannya terbatuk batuk saat asap mulai masuk ke paru parunya.

"Lo gila!" Alex merebut puntung rokok di tangan Zara dan membuangnya asal.

"Jangan ulangi!" Alex mengangguk kecil.

"Ayo kita ke ICU" Ajak Zara.

Alex menolak.

"Gak. Jangan paksa. Buat yang ini, gue nggak mau nurutin kemauan lo" Alex membalikkan tubuhnya membelakangi Zara.

"Lo egois"

"Egois?" Alex mengerutkan dahinya.

"Ya. Lo cuma mikirin perasaan lo. Tanpa mikirin nyokap lo yang lebih frustasi karena anaknya enggak mau ngeliat bokapnya sendiri walau untuk terakhir kalinya. Gue yakin ada berpuluh puluh chat dari nyokap lo yang lo anggurin sejak tadi. Lo selama ini tertekan karena ngeliat bokap lo yang kasar ke nyokap. Trus nyokap lo? Korban dari kekerasan itu dan harus pura pura baik baik aja di depan lo. Lo pikir kayak gitu mudah? Jangan egois Lex. Nggak semua masalah bisa lo selesaiin dengan menghindar kayak gini" Zara melihat mata Alex yang mulai memerah.

Gadis itu dengan pelan menarik tengkuk Alex untuk bersandar ke pundaknya. Membuat lelaki itu terdengar sesegukan disana.

Zara menepuk pelan punggung Alex. Melihat orang usil yang tiap hari berperilaku aneh menjadi rapuh seperti ini membuatnya merasakan sakit.

"He's my Dad. And I love him very much" Gumam Alex.

"I know" Zara mengangkat kepala Alex, dan mengapit kedua sisi pipi Alex dengan kedua tangannya "Jangan ditanggung sendiri bebannya. Ada gue" Zara tersenyum lembut.

Tanpa mereka sadari, seorang lelaki sudah berdiri di belakang mereka. Menyaksikan pemandangan Alex dan Zara cukup lama sambil memegang bola basketnya.

"Cuma cowok cupu yang nangis di pundak cewe" Dion tersenyum miring.

Suara sinis Dion membuat Alex dan Zara menengok bersamaan. Zara menarik pergelangan tangan Alex. Untuk keluar dari rooftop dan otomatis melewati Dion.

"Maaf kak, saya nggak sopan. Tapi jangan komentar kalau nggak tau apa apa" Zara menatap Dion beberapa detik, lalu berlalu dengan tetap menarik pergelangan tangan Alex untuk keluar dari rooftop.

God,I Like Him [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang