Pagi ini, Zara harus berlari menyusuri koridor sekolahnya yang mulai sepi. Nafasnya terengah engah. Sesekali, Zara melirik jam di pergelangan tangannya. Menunjukkan pukul 07. 15. Membuatnya berdecak pelan.
Zara merutuki dirinya sendiri karena tidur terlalu malam kemarin. Sibuk menangisi sahabatnya yang paling terrrr. Menghabiskan berlembar lembar tissue saat melihat foto foto mereka di laptop. Alex memang paling tidak bisa ditebak.
Sebenarnya, tadi pagi Nindy sudah membangunkannya. Bahkan panggilan telefon dari Dion beberapa kali terdengar. Tapi mata Zara seperti ditempeli banyak sekali lem yang sangat merekat kuat. Bahkan saat ini saja, matanya sembab dengan kantung mata sebagai tambahan spesial.
Saat Zara sampai di depan kelas, dapat ia dengar keributan keributan di dalam sana. Yang berarti tidak ada guru pengajar. Zara menghembuskan nafas pelan. Setidaknya, ia tidak harus menuju ke ruang piket karena terlambat.
Klek....
Semua aktivitas di dalam kelas terhenti. Melihat siapa orang yang masuk.
"Morning" Ujar Zara saat semua mata tertuju ke arahnya. Detik selanjutnya, keramaian dimulai kembali.
Mata Zara sempat bertatapan dengan Alex saat ia melewati bangku lelaki tersebut. Dan seolah tidak terjadi apa apa kemarin, Alex tetap lah Alex. Laki laki pencair suasana.
"Raka, gue mau konser lagu sambalado dong" Ujar Alex sambil mengambil sebuah sapu. Tentunya saat Zara sudah duduk di tempatnya.
"Oke siap boskuh" Raka dengan sigap mengambil sebuah ember di pojok kelas. Ember yang biasanya dipakai saat ada bersih bersih kelas. Mengubahnya menjadi gendang.
Sisil duduk di samping Zara sambil menghentikan aksi membacanya.
"Mata lo item gitu kenapa?"
Zara sempat terdiam. Apakah foundationnya kurang tebal?
"Gak papa sil" Menghembuskan nafas berat "Drakor terbaru gue emang jago bikin sembab".
Sisil mengangguk.
"Bukan lagi ada keretakan rumah tangga kan?" Ujar Sisil sebelum melanjutkan aksi bacanya.
Zara membuka resleting tasnya. Mencari sebuah LKS B. Jawa. Daripada hanya diam saat jamkos, lebih baik ia mengerjakan tugas tugas di LKS.
Lagipula, tadi saat bangun tidur, ia sempat membalas pesan Dion. Meminta maaf karena membalas lama. Lagipula juga, aplikasi pounya juga sedikit membosankan. Membuat tak ada alasan berarti untuknya bermain ponsel selama jam kosong.
Suara Alex dan Raka tetap mendominasi dibanding suara suara yang ada di kelas. Apalagi saat Alex terlihat menaiki salah satu bangku sambil meneriakkan lirik sambalado.
Mungkin, beberapa hari yang lalu, Zara akan ikut tertawa saat Alex melakukan hal konyol seperti hari ini. Namun, kali ini berbeda. Pernyataan yang diucapkan Alex kemarin malam terlalu jelas dan tak perlu di pertanyakan lagi.
Tok... Tok... Tok...
Pintu kelas diketuk.
Membuat Widya, orang yang duduk paling dekat dengan pintu kelas beranjak untuk membukakannya.
Widya tampak tersenyum kecil, sambil menganggukkan kepala. Sebelum mengucap dengan suara lantang.
"Zar.... Tamu...." Teriak Widya sambil berangsur kembali duduk ke tempatnya.
Zara mengalihkan pandangannya dari LKS. Bahkan, geng Raka berhenti menyanyikan lagu andalan mereka. Sisil juga sempat melirik sebentar.
"Wus... Tamunya tuan putri" Celetuk Erico, wakil ketua kelas. "Doni... Kasih drumnya dong"
KAMU SEDANG MEMBACA
God,I Like Him [COMPLETED]
Teen FictionJika aku berkata, 'aku mencintaimu'. Cukup klise jika kamu menjadikan ini bertepuk sebelah tangan.