Zara memakai sepatu sekolah hitam bersol putihnya sambil bergumam lirik lagu yang sedang ia dengarkan dengan headset sekarang.
Dan beberapa menit kemudian ia mengubah posisinya menjadi berdiri.
'Selesai' Batin Zara sambil melihat ikatan sepatunya.
Gadis dengan rambut terurai itu berjalan kecil menuju ruang makan yang berada di dekat dapur.
"Pagi" Sapa seorang perempuan paruh baya sambil menghidangkan sepiring ayam goreng di meja makan. Ayah dan ibu Zara sudah siap untuk sarapan.
"Nindy belum keluar kamar?" Tanya Zara sambil menarik 1 buah kursi yang akan ia tempati.
"Sudah" Suara riang yang terdengar dari belakang Zara, membuat Ibu Zara mulai membuka tudung saji yang menutupi nasi.
"Sini Nindy" Ujar Zara sambil menepuk nepuk kursi makan disampingnya.
Mereka berempat sarapan. Sesekali, ayah Zara bertanya kepada Nindy kabar orang tuanya di Singapura.
"Nindy sejak tinggal di luar negeri gaya ya. Rambutnya jadi warna pirang" Ujar Zara sambil terkekeh.
Setelah mereka menyelesaikan acara sarapan, Zara berangkat ke sekolah bersama dengan Nindy diantar oleh ayah Zara yang kebetulan kantor nya searah dengan sekolah mereka.
Di dalam mobil, Zara sesekali menceritakan tentang sekolahnya. Tentang Bu Wiwik, Dion, dan beberapa ekstra yang mungkin Nindy minati.
"Jangan lupa antar Nindy ke ruang kepala sekolah dulu nanti" Ujar ayah Zara sambil memberhentikan mobilnya di tepi jalan, di dekat gerbang depan.
"Iya Pa"
"Nindy ajak ke kantin waktu istirahat"
"Huum"
"Dijagain ya sepupunya"
"Yaaa. Zara sama Nindy sekolah dulu ya Pa" Zara menyalimi ayahnya, dan langsung membuka pintu mobil.
Ketika mereka mulai memasuki area sekolah, tentu saja banyak yang melihat ke arah mereka. Apalagi melihat wajah yang sangat asing dan mencolok dengan rambut pirangnya.
Sebenarnya warna rambut Nindy bukan warna asli. Tapi sangat cocok jika dipadukan dengan wajahnya.
Gerbang depan itu dekat dengan area parkir, jadi tidak heran jika suara siulan anak anak kelas 12 yang nongkrong di parkiran sangat terdengar.
"Zara" Sebuah teriakan terdengar dari arah belakang, membuat Zara menolehkan wajahnya ke sumber suara.
"Eh, kak Dion. Ada apa?" Tanya Zara.
"Kemarin kok nggak lihat tanding basket gue?" Dion.
"Kemarin sama Alex kak. Maaf, jadi lupa" Zara menggaruk tengkuknya.
"Kak Dion ya?" gadis yang berdiri disamping Zara angkat bicara.
"Siapa?" Dion menaikkan sebelah alisnya.
"Dia sepupu aku. Namanya Nindy"
Nindy mengulurkan tangan kanan nya, sambil tersenyum lembut.
"Mau nganterin ke ruang kepsek ya? Yaudah sana gih. Daripada ntar terlambat" Dion menatap ke arah Zara.
Setelah menjawab ucapan Dion dengan anggukan kecil, Zara mengantar Nindy ke ruang kepala sekolah.
Zara tidak menunggu Nindy, karena bel masuk telah berbunyi.
Ketika Zara hampir sampai di kelasnya, ternyata pintu kelas tertutup. Tapi suara gaduh terdengar dari luar.
Tok... Tok...
KAMU SEDANG MEMBACA
God,I Like Him [COMPLETED]
Teen FictionJika aku berkata, 'aku mencintaimu'. Cukup klise jika kamu menjadikan ini bertepuk sebelah tangan.