11

262 15 1
                                    

Tingkah Alex hari ini, cukup membuat Zara kesal. Entah karena memang Alex menyebalkan, atau memang Zara yang sedang PMS.

Apalagi ejek an yang Alex lontarkan ketika lelaki itu melihat jerawat muncul di dahi Zara.

"Zar, apaan tuh?" Alex menuding jerawat di dahi Zara dengan telunjuknya.

"Lo sepolos itu?" Zara balik bertanya. Mengerti motif Alex saat ini.

"Raka, jerawat emang segede itu?" Alex menyenggol lengan Raka yang kini duduk disampingnya sambil memainkan ponsel. Chatting dengan doi baru mungkin.

"Bezuuuh, Zar jerawat lu gede beuuudddh" Raka berpaling dari ponselnya, dan ikut menjahili Zara bersama Alex. Bahkan mata Raka yang sangat minimalis, mampu besar berlipat ganda hanya untuk menunjukkan ekspresi kagum.

"Bacot!" Kesabaran Zara mulai menipis. Rambut Zara bukan tipe berponi. Jadi agak susah untuk menutupi jerawatnya, apalagi di dahi.

Pelajaran ekonomi kali ini tidak dimasuki guru. Hanya ada tugas lks yang gurunya titipkan ke ketua kelas. Dan sialnya, Alex sudah mengerjakan tugas itu. Jadi sekarang, dengan sangat amat leluasa, Alex bisa meggoda Zara ataupun mrlontarkan gombalan receh yang kebetulan lewat di depan pintu kelasnya.

"Zar, nyamuk" Dengan jahilnya, Alex memukul dahi Zara dengan telapak tangan.

Pletus.

"Aw" pekik Zara sambil memegang dahinya.

"OMG... Jerawat lo meletus" Alex membungkam mulutnya sendiri dengan kedua tangan.

"Panggil ambulans gih!" Raka terkekeh melihat tingkah kedua temannya.

"Ish" Zara menghentakkan kakinya berkali kali, lalu pergi berlalu meninggalkan Alex dan Raka yang masih terbahak ditempatnya.

Dengan posisi tangan yang masih menutup jidat, Zara berjalan cepat menuju UKS. Mengambil plester.

Disepanjang jalan, Zara hanya menggerutu terus menerus. Alex memang gila. Bukan salahnya kan kalau anak remaja memiliki jerawat? Alex saja yang pubertasnya sangat lambat. Jadi mukanya masih mulus mulus aja.

"Zara" Tiba tiba suara yang amat familiar terdengar. Menghentikan langkah cepat Zara. "lo ngapa.... Jerawat lo..."

"Iya kak Dion, aku tau. Ini mau ke UKS." Zara menautkan kedua alisnya. Hari ini, semua orang menyebalkan.

"Berasa puber beneran ya?" Dion terkekeh pelan.

Kekehan Dion kali ini tidak mendapat respon positif dari Zara. Cewek itu malah semakin menekuk dalam mukanya.

'Mentang mentang kakak kelas, ngomong seenaknya' batin Zara.

Mereka berdua kini berjalan berdampingan. Dion tidak ada kelas? Entahlah, Zara tidak tau. Tapi melihat tumpukan buku yang Dion bawa, Zara sudah menebak bahwa kakak kelasnya ini akan mengantar buku buku itu ke kantor guru.

"Mau ke kantor guru?" Tanya Zara tanpa melepas telapak tangan dari dahinya.

Dion mengangguk.

"Kok malah lurus? Bukannya belok kanan" Zara menaikkan kedua alisnya.

"Mau nganter lo dulu" Ujar Dion sambil tersenyum ke arah Zara.

Selama berjalan di koridor, keduanya sama sama diam.

Ketika sampai di depan pintu UKS, Zara membukanya pelan. Biasanya, pintu akan dikunci saat jam pelajaran. Tapi untung saja kali ini dibuka.

"Duduk gih" Perintah Dion kepada Zara, sambil menaruh tumpukan buku yang ia bawa di atas meja.

God,I Like Him [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang