Apa sikapnya begitu egois? Memang, di sisi lain, Alex sangat menginginkan Nindy. Tapi di sisi lain, ia juga tidak mau kehilangan Zara. Seperti pecandu narkoba yang sakaw saat Alex tak merasakan kehadiran Zara.
Ah iya... Itu egois.
Alex membaringkan tubuhnya di kasur. Melihat langit langit kamarnya. Beberapa pr yang menumpuk dan berceceran di kasur, seakan hal yang sepele untuk dipirkan.
Alex mengacak rambutnya pelan. Tidak biasanya ia memikirkan perasaan orang lain seperti ini. Biasanya, memutuskan pacar saja bisa dengan mudah ia lakukan.
"Dion bener. Gue udah ninggalin obat penenang. Tapi..." Alex menimang kata katanya "Nindy bisa saja menjadi sesuatu yang lebih ampuh dari obat penenang"
Mungkin...
Ponsel Alex terlihat menyala. Menampilkan nama Nindy disana. Panggilan masuk WA. Alex memegang ponselnya, berniat mengangkat.
Klik
"Hay Ndy"
"Eh... Hay Lex" Suara yang beberapa hari ini selalu membuat jantung Alex berdegup sedikit lebih cepat dari kecepatan standart.
"Tumben nelfon"
"Aku... Cuma kangen aja. Dan mau mastiin kalo... Kita beneran..."
"Iya By. Kita pacaran"
Hmmm ucapan Alex membuat Nindy ingin mengubah voice call menjadi video call.
Alex menghela nafas pelan.
"Lagi apa?" Alex melembutkan suaranya kali ini.
"Lagi tiduran aja"
"Di kamar? Zara mana?"
Nindy terdiam sejenak. Alex merutuk ucapannya sendiri. Bisa bisanya ia menanyakan perempuan lain ke pacarnya sendiri walau mereka bersaudara. Alex menepuk jidatnya pelan.
"Zara... Kayaknya tadi keluar sama Kak Dion"
"Hah? Kemana? Malem malem gini?" Sial! Alex tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.
Ia melirik jam dinding di kamarnya. Jarum pendek menunjuk angka setengah 8. Zara keluar selarut ini dengan Dion?
"Ke... Cafe Metropolis"
"Gimana sih tuh cewe. Malem malem gini..."
"Lex?"
"Gitu aja ga bisa nolak... Kalo..."
"Alex?"
"Bentar ya Ndy, gue mau jemput Zara dulu"
Tut... Tut...
Sambungan telepon terputus.
Masalah Nindy, Alex bisa meminta maaf ke cewe itu lain waktu. Sekarang ia harus mengurus Zara. Bagaimana bisa Zara berubah menjadi secentil ini sejak bersama Dion. Diajak kemana mana mau.
"Gila ya lo.." Desis Alex sambil mencari jaket dan kunci motornya.
Alex lihat, ibunya sedang duduk di depan tv. Menyaksikan serial dangdut kesukaan sambil sesekali bersenandung lirik lagu dangdut yang dibawakan artis artis di tv.
"Ma, Alex pergi dulu ya" Alex mencium pipi kiri Ibunya.
"Tumben? Mau kemana?" Ibu Alex, Ninik, mengernyit.
"Jemput Zara mah. Takut dia kalap. Iya kalo kalap nya sama Alex, kalo sama yang lain kan ga bisa mawangin" Ujar Alex.
Ninik terkekeh mendengar penuturan anak semata wayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
God,I Like Him [COMPLETED]
Teen FictionJika aku berkata, 'aku mencintaimu'. Cukup klise jika kamu menjadikan ini bertepuk sebelah tangan.