7

328 14 2
                                    

Sebenarnya ada rasa tidak enak saat Zara bersikap tidak sopan kepada Dion waktu di rooftop. Tapi Dion memang muncul di saat yang tidak tepat.

Sekarang, Zara sedang menuju rumah sakit bersama Alex. Motor yang dikendarai Alex melaju di atas rata rata. Kata kata yang sempat diucapkan Zara tadi, sukses terngiang di kepala Alex saat ini.

"Hati hati" Ujar Zara saat Alex beberapa kali harus mengerem motornya mendadak. Entah karena lampu merah, atau orang menyeberang.

1 belokan lagi, dan mereka akan sampai di rumah sakit.

ICU terletak dekat dengan gedung pasien VVIP. Tepatnya setelah gerbang belakang rumah sakit, lalu belok kanan.

Beberapa keluarga pasien terlihat menggelar tikar di sekitar ruang ICU. Ruangan yang memang disediakan untuk keluarga pasien.

Leher Alex menjenjang mencari sesosok ibunya. Kegelisahan nya semakin memuncak saat ia tidak melihat batang hidung ibunya sama sekali.

"Gak ada Za" Alex menatap Zara yang tepat berada di sampingnya.

"Coba telfon dulu"

Alex merogoh isi saku celana abu abunya, dan mengeluarkan benda pipih hitam dari dalam sana. Tangannya melihat menscroll isi kontak.

Ketika terhubung dengan kontak yang ia cari, Alex sedikit menjauh dari Zara.

Alex itu sebenarnya memiliki umur yang lebih tua dari Zara. Tapi problen solving nya buruk. Ketahuan selingkuh saja langsung kelimpungan. Kalau seudah begitu, ya pasti Zara yang akan menjelaskan semuanya ke pacar Alex.

"Udah dibawa ke rumah Zar" Alex

"Yaudah kita langsung ke rumah lo"

Ucapan Zara, membuat Alex sontak menganggukkan kepala dan menarik lengan Zara untuk menuju ke parkiran.

Keringat dingin telah memenuhi hampir seluruh permukaan kulit Alex. Ingin menangis, tapi ingat bahwa air mata adalah pantangan untuk laki laki. Lagipula cuma Zara yang pernah melihat Alex menangis sampai sesegukan.

Jarak rumah Alex dari rumah sakit memang agak jauh. Karena rumah sakit berada di tengah kota.

Sekitar 15 menit mereka sampai di rumah Alex. Rumah yang telah dipenuhi oleh beberapa orang yang berkunjung. Bahkan Nindy dan juga orang tua Zara juga terlihat.

Alex langsung memarkir motornya sembarangan, dan meninggalkan Zara yang masih duduk di atas motor. Lelaki itu berlari kecil masuk ke dalam rumah, menuju ibunya yang menangis histeris disamping raga yang tak bergeming dan telah dilapisi kain putih.

Alex dengan sigap memeluk ibunya dari samping. Ibunya terlihat membalas pelukan Alex dengan erat.

"Udah daritadi?" Tanya Zara ke orang tuanya yang kini sedang duduk di salah satu kursi plastik di halaman depan.

"Iya. Ibunya Alex juga tadi sempat pingsan saking histerisnya" Jawab ibu Zara.

Zara menatap ke arah Alex dan ibunya. Sangat jelas terlihat bahwa Alex menahan tangis. Berusaha tegar di depan ibunya.

***

Setelah acara pemakaman ayah Alex kemarin, Zara yakin Alex hari ini tidak masuk sekolah. Rumahnya pasti masih dipadati tetangga tetangga yang menjenguk mereka.

Sebenarnya hari ini Zara juga ingin tidak masuk. Mengantuk. Karena semalam suntuk, Nindy memaksa Zara untuk menceritakan semua tentang Alex.

"Bokap Alex meninggal ya Za. Innalillahi" Sisil, teman sebangku Zara, mengalihkan pandangannya dari novel teenfiction dihadapannya sambil menghembuskan nafas berat.

God,I Like Him [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang