Disinilah Alex dan Nindy sekarang. Ruang ber ac selebar 4m x 4m dengan meja di tengah tengah ruangan.
Seorang guru dengan buku andalan di tangannya, sedang mengetuk ketukan pulpen di meja. Menatap tajam 2 insan yang kini menundukkan kepala. Eh, kecuali Alex. Lelaki itu malah cengengesan sedari tadi.
"Kalian tau salah kalian apa?" Ujar guru dengan tatapan tajam. Guru yang biasa menghadapi murid murid pelanggaran peraturan.
"Saya kurang peka pak? Apa ya?" Alex menatap polos Pak Nur di depannya. Membuat guru tersebut semakin geram.
"Berciuman di sekolahan Alex? Yang benar saja!" Pak Nur membantik buku tebal yang ada ditangannya cukup keras.
Membuat Nindy terlonjak kaget.
"Kalian pikir kalian bener? Ini sekolahan! Bukan tempat ajang membuat perlakuan tidak senonoh! Memang kalian mau jadi apa nantinya?" Pak Budi semakin geram saja melihat kedua muridnya ini.
Aula sekolah ini ternyata juga dilengkapi beberapa CCTV. Yang pastinya langsung terhubung oleh monitor yang terpasang langsung di kantor guru.
Alex salah melakukan adegan tadi, itu sudah jelas. Bahkan ia sedikit merasa bersalah kepada Nindy? Sedikit? Iyalah sedikit, sisanya menikmati.
"Iya deh pak. Ga ngulangin lagi" Alex menjawab sekenanya.
"Kamu itu keterlaluan Alex! Apalagi kamu Nindy! Baru saja jadi anak baru sudah bikin ulah!" Pak Nur kini menatap Nindy yang tetap menunduk. Tak berani melihat.
Sementara dari luar, seorang perempuan dan lelaki sedang mengintip ke dalam ruangan beberapa kali. Bahkan kalau bisa menguping.
"Aduh... Aku harus masuk nih kak. Cari alasan biar mereka ga sampe di skors" Seseorang yang berdiri di depan pintu yang bagian atasnya terbuat dari kaca, melirik sesekali ke dalam.
"Tenangin diri dulu Zar. Yang mereka lakuin tadi ga segampang itu bakal dimaklumin sama Pak Nur. Ya kan lo juga tau sendiri, guru itu nyereminnya gimana"
"Tapi Kak Dion, disana ada Nindy, sepupu aku. Dan Alex, sahabat aku. Aku harus mikir alesan ini" Ujar Zara sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan.
Krek...
Pintu ruang BK terbuka. Keluarlah Nindy dan Alex dari sana.
"Hei, gimana Ndy?" Zara menghampiri Nindy yang kini berdiri di belakang Alex.
"Ga gimana gimana kok Zar. Kita cuma dikasih peringatan aja" Ujar Nindy.
"Dih lu... Sok sok an ga perhatian sama gue padahal kepo kan" Alex menarik pelan pipi Zara.
"Jangan sok tau lah" Zara memicingkan kedua matanya "Kak Dion ngga pulang aja?" kini Zara melihat ke arah Dion. Kasihan juga Dion daritadi tidak pulang, hanya karena menunggu Zara yang kelabakan tadi.
"Ups.. Diusir" Celetuk Alex yang kini tatapannya dibuat buat beredar ke segala arah.
"Gue mau nganterin lo pulang" Dion menatap Zara yang kini menatapnya bertanya.
Seketika Zara terngiang ucapan Dion saat di ruang kelas tadi 'Izinin gue buat deketin lo..'
Zara menggigit pelan bibir bawahnya. Sedikit bimbang "Em... Iya u..."
"Eh eh... Enak aja. Zara pulang bareng gue" Ujar Alex dengan menggaet lengan Zara. Sambil mengangkat dagunya tinggi tinggi. Ucapan ucapan frontal yang selalu Alex ucapkan.
Tanpa memerdulikan Nindy yang berdiri di antara keduanya, Alex malah menarik lengan Zara untuk mendekat. Selalu. Membuat posisi ternyaman disana. Sebuah area yang hanya dia yang bisa merasakan itu di bahu Zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
God,I Like Him [COMPLETED]
Teen FictionJika aku berkata, 'aku mencintaimu'. Cukup klise jika kamu menjadikan ini bertepuk sebelah tangan.