Keesokan harinya, ia sedang berada di rumah sakit. Berbaring dengan malas dan tak bersemangat. Padahal biasanya ia selalu bersemangat.
"Sore, Jimin," sapa dr. Yoongi sambil membawa makanan. Jimin tak menyambutnya sedikit pun.
"Makan du—"
"Taruh aja di meja!" Jimin memotong perkataan dr. Yoongi.
dr. Yoongi langsung menaruhnya di meja. Mungkin Jimin sedang tak mau makan. Lalu ia duduk di samping ranjang Jimin. Jimin hanya diam dengan mata malas.
"Ngantuk, ya?" Tanya dr. Yoongi. Jimin tak meresponnya, lalu ia memperbaiki posisi berbaringnya.
dr. Yoongi hanya tersenyum tipis melihatnya. "Kamu lagi ngga ada masalah apa² kan?" Tanyanya. Jimin menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Gimana nilai rapotnya?" Tanya dr. Yoongi lagi.
"B aja."
Kenapa Jimin jadi cuek?
"Emh. Maaf kalo aku ganggu, aku keluar aja, yaa.." dr. Yoongi keluar dari kamar itu. Tak ada respon apapun dari Jimin.
dr. Yoongi menutup pintu lalu duduk di depan kamar Jimin. Ia tak ingin meninggalkan tempat itu, takutnya kalo Jimin butuh apa² tak ada yang melayani. dr. Yoongi sampai tertidur disana.
Tapi sepertinya Jimin benar² tak membutuhkannya.
Dan anehnya lagi, ketika pulang bersama, Jimin hanya diam saja. Bahkan ketika dr. Yoongi melontarkan pertanyaan, ia tak menjawabnya sama sekali. Mungkin Jimin sedang tidak mood.
Hari² Jimin jadi hampa sekarang. Tak seindah dulu. Ia bahkan sampai ingin marah pada Eomma-nya, kenapa Eomma-nya harus mengatakan hal itu? Jimin tak akan semurung sekarang.
Udahlah, mungkin dia emang ngga suka :')
➡➡➡
dr. Yoongi memberhentikan mobilnya di parkiran depan sebuah restoran. Lalu ia turun dan bergegas menuju restoran itu.
"Yoongi!" Panggil Namjoon yang sudah ada disana lebih dulu. Segera ia menghampiri Namjoon.
Tapi matanya tertuju pada orang dengan rambut merah dan hidung mancungnya.
"Hoseok? Sejak kapan lu dateng?" Tanya dr. Yoongi.
"Kemaren. Gue pindah kesini. Lumayan, disini lebih banyak temen. Hehe," jawab namja itu yang bernama Jung Hoseok.
Mereka bertiga sedang menghadiri acara reuni SMA. Maka dari itu mereka berkumpul di sebuah restoran
"Denger² lu dah jadi dokter spesialis, Yoon? Widih! Keren banget sobat gue ni! Tapi kok lu belom dapet jodoh?" Ucap Hoseok.
dr. Yoongi terdiam tak menjawab pertanyaan Hoseok. Wajahnya murung sekali.
"Lu kenapa mukanya kusut gitu?" Tanya Hoseok.
"Gara² masalah itu, yaa?" Sambung Namjoon.
Hoseok memandang Namjoon dengan tatapan bingung. "Masalah apa? Kok gue ngga diceritain?"
"Ehm. Nanti kalian ikut gue, nanti gue ceritain setelah acara ini," jelas dr. Yoongi dan dibalas dengan anggukan oleh kedua sahabatnya.
➡➡➡
Mereka bertiga kini tiba di rumah sakit. Namjoon dan Hoseok mengikuti langkah dr. Yoongi menuju sebuah kamar.
"Pasien bernama Park Jimin sudah datang?" Tanya dr. Yoongi kepada seorang perawat.
"Iyaa, di kamar 213."
"Oke. Makasih," dr. Yoongi menyiapkan alat² infus kemudian
menuju kamar yang dimaksud oleh sang perawat tadi diikuti oleh kedua sahabatnya.
Ketika dr. Yoongi membuka pintu, ia melihat Jimin yang terbaring lemah.
"Selamat sore. Maaf kelamaan," ucap dr. Yoongi sambil mendekati Jimin.
Jimin tak merespon, hanya terfokus oleh 2 namja di belakang dr. Yoongi. Mengapa dr. Yoongi suka sekali mengenalkan Jimin pada temannya?
dr. Yoongi mulai memasukkan jarum suntik ke dalam kulit Jimin. Hoseok dan Namjoon yang melihatnya langsung mengalihkan pandangannya karena mereka tak kuat melihatnya.
Tusukkan jarum itu membuat Jimin menangis.
Setelah selesai, dr. Yoongi beranjak keluar dari kamar Jimin.
"Tunggu..."
dr. Yoongi menoleh kearah Jimin. Dimatanya terlihat Jimin yang tengah gugup.
"Ada yang mau aku bilang, sama kamu.." kata Jimin.
"Tunggu setelah aku naruh alat ini," ucap dr. Yoongi sambil bawa alat² infus yang tadi digunakan.
Jantung Jimin berdetak kencang. Apakah ia harus mengungkapkannya sekarang? Apa tak terlalu cepat? Cukup menakutkan dan tak meyakinkan. Mungkin bisa saja dr. Yoongi jadi il-feel dengannya.
dr. Yoongi masuk ke kamar kembali. Melihat Jimin masih terlihat gugup sambil memainkan kedua jari telunjuknya.
"Mau ngomong apa?" Tanya dr. Yoongi.
Gejala virus cinta itu muncul lagi. Mungkin kali ini lebih parah.
Jimin semakin gugup. Tubuhnya panas dingin. Kini detak jantungnya berdetak dengan kecepatan 20 km/jam(?). Mulutnya tak mampu ia buka lagi, bahkan matanya tak sanggup memandangi dr. Yoongi yang menatapnya heran.
Apa yang harus ia lakukan? Membatalkannya? Jimin tak mau.
Sekarang juga harus ia ungkapkan, sebelum perasaannya lenyap lama-kelamaan.
"Hyung... Aku...."
TBC~~~~
Maybe ini terlalu pendek. Btw mau langsung lanjut sekarang atau besok aja? Komen yaa.. Plissss~~~
Mumpung mlm Minggu, lagi ada mood
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Gata Virus (YoonMin)
FanfictionPark Jimin, laki-laki 17 tahun yang ceria dan menggemaskan. Ia duduk di bangku SMA bersama kedua sahabatnya yang paling ia sayangi, Kim Taehyung dan Jeon Jungkook. Hidupnya tampak menyenangkan dan baik-baik saja. Tapi semuanya berubah saat ia di di...